Kinerja Emiten Selamatkan Wall Street Akhir Pekan Lalu

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
23 July 2018 06:31
Sepanjang pekan lalu, S&P 500 dan Nasdaq ditutup sedikit melemah sementara Dow Jones bertambah 0,1%.
Foto: REUTERS/Stephen Yang
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks acuan Wall Street ditutup sedikit melemah pada perdagangan hari Jumat (20/7/2018) pekan lalu karena kuatnya kinerja keuangan beberapa perusahaan besar Amerika Serikat (AS) berhasil menambal sentimen negatif dari komentar Presiden Donald Trump yang ingin menaikkan bea masuk untuk China.

Indeks S&P 500 turun tipis 0,1% ke 2.801,83 didorong pelemahan sektor properti dan peralatan. Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,03% ke posisi 25.058,12 karena penurunan saham IBM tertutupi oleh kenaikan saham Microsoft. Nasdaq Composite ditutup terkoreksi 0,1% menjadi 7.820,2.

Sepanjang pekan lalu, S&P 500 dan Nasdaq ditutup sedikit melemah sementara Dow Jones bertambah 0,1% dan mencetak kenaikan selama tiga pekan berturut-turut yang pertama sejak Januari.

Microsoft melaporkan laba yang lebih tinggi dari perkiraan setelah penutupan perdagangan hari Kamis dan mengeluarkan proyeksi pendapatan yang kuat. Saham perusahaan melonjak 1,8% pada perdagangan hari Jumat.

Saham Honeywell juga melompat 3,8% akibat laporan laba dan pendapatan yang melebihi perkiraan pasar.

General Electric juga melaporkan laba yang lebih baik dari proyeksi namun masih menunjukkan penurunan 30% dibandingkan tahun sebelumnya. Sahamnya ditutup turun dalam 4,4%, CNBC International melaporkan.

Sejauh ini, sekitar 16,4% perusahaan S&P 500 telah mengumumkan laporan keuangannya di mana 83% dari mereka melampaui proyeksi analis, menurut FactSet. Analis berharap laba dapat tumbuh 20% di kuartal kedua.

Sementara itu, perdagangan hari Jumat juga diwarnai sentimen negatif dari kritik tajam Trump terhadap bank sentral AS, Federal Reserve, dan ancaman pengenaan tarif terhadap seluruh impor dari China.

"Saya siap menuju 500," ujarnya dalam wawancara khusus dengan CNBC International. Ia merujuk pada nilai impor AS dari China tahun lalu senilai US$505,5 miliar atau lebih dari Rp 7.341 triliun. Sebagai perbandingan, AS mengekspor berbagai produk ke China senilai US$129,9 miliar.

Perdagangan kontrak berjangka (futures) saham sempat anjlok akibat pernyataan tersebut sebelum akhirnya mampu berbalik arah.

"Ini sedikit seperti efek pingpong. Efek lompatan terbesarnya di meja adalah di pukulan pertama, kemudian pukulan kedua dan seterusnya hingga akhirnya efek itu sangat kecil dan orang-orang tidak peduli lagi," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research. "Namun tetap saja mengganggu perdagangan global bukanlah hal yang baik."
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular