BI Sudah 'Gerilya' di Pasar, Dolar Masih Setia di Rp 14.500

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 July 2018 15:20
BI Sudah 'Gerilya' di Pasar
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Penyebab masih melemahnya rupiah adalah pelepasan aset-aset berbasis mata uang ini. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 110,94 miliar hingga pukul 14:51 WIB. 

Aksi jual investor asing menjadikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,25%. Sementara indeks saham di negara-negara Asia lainnya cenderung menguat misalnya Hang Seng (+0,81%), Shanghai Composite (+2,04%), Kospi (+0,3%), atau Straits Times (+0,42%). 

Di pasar obligasi pun serupa. Pada pukul 15:54 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun berada di 7,853% atau naik 9 basis poin (bps) dibandingkan penutupan kemarin.  

Sebagai perbandingan, yield obligasi pemerintah tenor yang sama di Singapura turun 2,9 bps, Hong Kong turun 2,2 bps, dan Korea Selatan turun 1,7 bps. Yield berbanding terbalik dengan harga sehingga penurunan yield berarti ada kenaikan harga yang menandakan obligasi sedang banyak dibeli investor. 

Bank Indonesia (BI) mengaku sudah melakukan intervensi. Mengutip Reuters, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menegaskan bank sentral melakukan stabilisasi rupiah di pasar valas dan obligasi pemerintah alias Surat Berharga Negara (SBN). 

"Pasti," tegas Mirza menjawab pertanyaan apakah BI melakukan intervensi di dua pasar. 

Namun, 'gerilya' BI sepertinya belum cukup untuk membuat rupiah menguat. Intervensi BI berhasil membuat penguatan rupiah menjadi terbatas, tetapi belum bisa mengangkat rupiah ke teritori positif. Artinya, aset yang dilepas investor lebih besar ketimbang guyuran valas BI.  

Mungkin BI juga berhati-hati, karena intervensi berlebihan bisa mengancam cadangan devisa. Jika cadangan devisa terus berkurang, maka dampaknya adalah akan muncul persepsi Indonesia semakin rentan terhadap gejolak eksternal.

TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular