Bos BCA Komentari Dolar AS yang Melambung Hingga Rp 14.500

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
20 July 2018 15:10
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menilai Bank Indonesia (BI) berada dalam posisi dilematis terkait pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini. Pasalnya, BI dihadapkan pada pilihan menaikkan bunga acuan saat ini atau dua bulan lagi ketika Fed Fund Rate (FFR) meningkat.

Jahja menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus berlanjut dan menyentuh angka Rp 14.515/US$ dinilai tidak akan berdampak secara langsung ke bank. Namun segmen yang terkena dampak langsung adalah kepada penurunan daya beli masyarakat.

"Dampaknya bukan ke bank, tapi kalau kurs (dolar AS) naik terus, (dampaknya) ke daya beli masyarakat karena harga minyak dan bahan baku yang bakal naik," kata dia kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/4/2018).

Sementara kepada perbankan, menurut Jahja, hal yang perlu dilakukan adalah menjaga likuiditas supaya aman. "Dan jangan pinjam banyak dolar," terang dia.

Melihat hal ini, Jahja mengatakan ke depan BI bisa kerepotan. Pasalnya, ada risiko kenaikan bunga acuan Fed pada September dan Desember yang tentunya akan kembali melemahkan rupiah.

"Tapi repot juga kalau dinaikkan sekarang karena September dan Desember di US pasti naik bunga lagi," ucap dia.



(dru) Next Article Abrakadabra! Dari Ciparay Bank Royal Disulap Jadi BCA Digital

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular