
Harga Minyak Dunia Belum Stabil saat Pasokan Arab Saudi Turun
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
20 July 2018 09:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bergerak menguat 0,35% ke US$69,70/barel, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi 0,14% ke US$72,48/barel, pada perdagangan hari ini Jumat (20/07/2018) hingga pukul 09.09 WIB.
Pola seperti ini melanjutkan situasi pada perdagangan kemarin, di mana light sweet naik hingga 1% lebih, namun brent malah turun 0,44%.
Harga brent sebenarnya sempat bergerak menguat pasca Gubernur Organisasi Negara-Negara Anggota Pengekspor Minyak (AS) dari Arab Saudi, Adeeb Al-Aama, menyatakan bahwa ekspor minyak mentah Negeri Padang Pasir diperkirakan menurun sekitar 100.000 barel/hari pada bulan Agustus.
Alasannya, Saudi ingin memastikan bahwa mereka tidak mengguyur pasar dengan minyak yang lebih banyak dari pelanggan inginkan. Aama menambahkan bahwa kebijakan Saudi adalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, tapi juga bertindak sesuai dengan kesepakatan OPEC dan mitra produsen non-OPEC.
Namun, sentimen positif ini dengan cepat sirna. Pasalnya, pelaku pasar masih mewaspadai peningkatan produksi minyak dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, untuk mengompensasi terjadinya disrupsi pasokan di Venezuela dan Libya.
Sebagai informasi, sejak awal 2017, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) sepakat untuk mengurangi produksi minyaknya untuk mengerek harga minyak global yang terpuruk kala itu.
Berdasarkan dua sumber yang familiar dengan masalah ini, tingkat kepatuhan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC dan mitra produsen non-OPEC, telah turun di kisaran 120% pada bulan Juni lalu, dari 147% di Bulan Mei, seperti dikutip dari Reuters. Hal ini lantas masih menjadi pemberat bagi harga minyak Eropa pada pagi ini.
"Hanya karena Saudi ingin melunakkan kejatuhan harga minyak, tidak mengubah fakta bahwa mereka sedang menaikkan produksi," ujar John Kilduff dari Again Capital Management di New York, seperti dilansir dari Reuters.
![]() |
Di sisi lain, harga minyak light sweet ditopang oleh cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) AS yang jatuh sebanyak 3,2 juta barel pada pekan lalu. Cadangan destilat (termasuk bahan bakar diesel dan pemanas) turun 371.000 barel, seperti dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA).
Tidak hanya itu, energi positif bagi harga minyak di perdagangan kemarin juga ditopang oleh tumbuhnya permintaan di AS. Masih dari data EIA, net impor minyak mentah AS naik menjadi 2,2 juta barel/hari pada pekan lalu.
Indikasi permintaan yang kuat ini lantas mampu menegasikan sentimen negatif yang ada, di mana cadangan minyak mentah AS sebenarnya bertambah sebanyak 5,8 juta barel pada pekan lalu, jauh lebih besar dari penurunan sebanyak 3,6 juta barel yang diekspektasikan pasar.
Sementara itu, produksi minyak mentah mingguan negeri adidaya juga mencapai 11 juta barel/hari, atau merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah AS. Nilai ini sekarang hanya terlampau tipis saja dari produsen minyak terbesar dunia, Rusia, yang mampu memproduksi minyak hingga 11,2 juta barel/hari pada awal Juli lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Harga Minyak Terjun Bebas, Respons Pertemuan Saudi-Rusia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular