Dolar AS Rp 14.515, IHSG Dibuka Turun 0,14%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 July 2018 09:26
IHSG dibuka melemah 0,14% ke level 5.862,78 pada pagi hari ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,14% ke level 5.862,78 pada pagi hari ini. Sebelumnya, bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi: indeks Strait Times naik 0,42%, indeks Hang Seng naik 0,16%, indeks Nikkei turun 0,13%, indeks Kospi turun 0,04%, dan indeks Shanghai turun 0,1%.

Pelemahan rupiah kembali menjadi momok yang menakutkan bagi IHSG. Pada pagi ini, rupiah melemah hingga 0,31% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.515. Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 12,1 miliar.

Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar sebesar 0,11%. Penguatan dolar AS dilandasi oleh semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve pada tahun ini, pasca rilis data tenaga kerja yang positif.

Jumlah warga yang mengambil tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 14 Juli turun secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir yakni sebesar 207.000 jiwa. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 220.000 orang.

Kemudian, kritikan Presiden AS Donald Trump kepada the Fed juga menambah bahan bakar bagi dolar AS untuk menguat. Kemarin (19/7/2018), Trump mengkritik The Fed yang terus-menerus menaikkan suku bunga acuan. Trump menilai kebijakan ini akan menghambat laju ekonomi Negeri Paman Sam.

"Kita membaik, dan setiap kali kita mambaik mereka ingin menaikkan bunga. Saya tidak senang dengan itu, tetapi pada saat yang sama saya juga mempersilakan mereka melakukan yang terbaik. Saya hanya tidak suka kita sudah bekerja keras di bidang ekonomi tetapi kemudian suku bunga naik," ungkap Trump dalam wawancara bersama CNBC International.

Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.

Dari dalam negeri, sentimen negatif bagi IHSG masih datang dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode Juli 2018. Gubernur BI Perry Warjiyo Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa sikap (stance) dari bank sentral adalah hawkish.

"Stance kebijakan BI adalah hawkish. Fokus kami memang menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," tegas Perry.

Ini artinya, walaupun pada pertemuan bulan ini masih ditahan, pada pertemuan-pertemuan berikutnya suku bunga acuan sangat mungkin untuk kembali dikerek naik. Sepanjang tahun ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps.

Ketika suku bunga acuan kembali dinaikkan, laju ekonomi Indonesia bisa semakin lambat. Teranyar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,25% pada tahun ini, jauh di bawah asumsi dalam APBN 2018 yang sebesar 5,4%.

Ketika ekonomi berjalan lambat, instrumen berisiko seperti saham tentu menjadi tak menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular