
Morgan Stanley Sebut Dolar Akan 'Menggila' di Kuartal IV-2018
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
19 July 2018 18:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada siang tadi, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di 5,25%. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan kebijakan yang ditujukan oleh BI dalam beberapa waktu terakhir sudah cukup agresif. Selama 3 bulan terakhir, BI sudah menaikkan suku bunga acuan hingga 100 basis poin.
Menurut riset dari Morgan Stanley kepada CNBC Indonesia Kamis (19/7/2018), kemungkinan BI tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuan di sisa tahun 2018, bahkan hingga 2019. Terakhir kali BI menunjukkan arah kebijakan moneter yang ultra agresif yaitu di tahun 2013, dimana akumulasi kenaikan suku bunga acuan mencapai 200 basis poin.
Namun kondisi ini bisa beresiko, pasalnya dalam riset tersebut Morgan Stanley memperkirakan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akan mencapai puncaknya pada kuartal IV-2018. Hal ini akibat kebijakan The Federal Reserve/The Fed yang akan kembali menaikkan suku bunga acuan setidaknya dua kali pada tahun ini.
"Kekuatan dolar AS akan mencapai puncaknya Agustus, dengan kecenderungan menguat lebih jauh pada kuartal IV-2018," jelas Morgan Stanley.
Akibatnya pergerakan yield obligasi pemerintah AS diperkirakan akan menyentuh posisi 3,3-3,4%. Dengan kondisi ini, kemungkinan dolar AS kembali ke Negeri Paman Sam cukup tinggi dan mendorong penguatan Greenback. Namun dampak tersebut dapat diminimalisir terbantu sentimen domestik dari dalam negeri.
Pasalnya, potensi defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 masih dibawah target. Terlebih, neraca perdagangan Indonesia per Juni 2018 akhirnya kembali mencetak surplus. Jika prestasi ini bisa dipertahankan, maka proyeksi defisit yang semakin besar bisa dicegah. Hal ini tentu menolong rupiah, terlebih kuatnya faktor global mau tidak mau faktor internal menjadi penyelamatnya.
Di sisi lain, BI pun telah memaksimalkan peran kebijakan makroprudensial melalui relaksasi kebijakan Loan-To-Value (LTV). Kebijakan ini guna menyeimbangkan kenaikan suku bunga acuan, terutama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi ekonomi yang tetap tumbuh bisa menjadi sentimen daya tarik bagi modal asing untuk tetap mengalir ke Indonesia.
Selain itu, kondisi rupiah pun tertolong akibat adanya intervensi yang dilakukan BI, sehingga pelemahan yang lebih dalam mampu dicegah.
Kondisi nilai tukar rupiah yang diperkirakan stabil, membuat morgan stanley dalam risetnya memproyeksi tidak ada lagi kenaikan suku bunga acuan setidaknya hingga tahun mendatang.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Menurut riset dari Morgan Stanley kepada CNBC Indonesia Kamis (19/7/2018), kemungkinan BI tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuan di sisa tahun 2018, bahkan hingga 2019. Terakhir kali BI menunjukkan arah kebijakan moneter yang ultra agresif yaitu di tahun 2013, dimana akumulasi kenaikan suku bunga acuan mencapai 200 basis poin.
Namun kondisi ini bisa beresiko, pasalnya dalam riset tersebut Morgan Stanley memperkirakan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akan mencapai puncaknya pada kuartal IV-2018. Hal ini akibat kebijakan The Federal Reserve/The Fed yang akan kembali menaikkan suku bunga acuan setidaknya dua kali pada tahun ini.
Akibatnya pergerakan yield obligasi pemerintah AS diperkirakan akan menyentuh posisi 3,3-3,4%. Dengan kondisi ini, kemungkinan dolar AS kembali ke Negeri Paman Sam cukup tinggi dan mendorong penguatan Greenback. Namun dampak tersebut dapat diminimalisir terbantu sentimen domestik dari dalam negeri.
Pasalnya, potensi defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 masih dibawah target. Terlebih, neraca perdagangan Indonesia per Juni 2018 akhirnya kembali mencetak surplus. Jika prestasi ini bisa dipertahankan, maka proyeksi defisit yang semakin besar bisa dicegah. Hal ini tentu menolong rupiah, terlebih kuatnya faktor global mau tidak mau faktor internal menjadi penyelamatnya.
Di sisi lain, BI pun telah memaksimalkan peran kebijakan makroprudensial melalui relaksasi kebijakan Loan-To-Value (LTV). Kebijakan ini guna menyeimbangkan kenaikan suku bunga acuan, terutama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi ekonomi yang tetap tumbuh bisa menjadi sentimen daya tarik bagi modal asing untuk tetap mengalir ke Indonesia.
Selain itu, kondisi rupiah pun tertolong akibat adanya intervensi yang dilakukan BI, sehingga pelemahan yang lebih dalam mampu dicegah.
Kondisi nilai tukar rupiah yang diperkirakan stabil, membuat morgan stanley dalam risetnya memproyeksi tidak ada lagi kenaikan suku bunga acuan setidaknya hingga tahun mendatang.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular