
Tembus Rp 14.475/US$, Rupiah Terparah Sejak Oktober 2015
Herdaru Purnomo & Alfado Agustio, CNBC Indonesia
19 July 2018 15:46

Jakarta,CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terus melanjutkan pelemahannya terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) menjelang sore ini. Bahkan menjelang penutupan, posisi rupiah mulai mendekati Rp 14.500/US$
Pada Kamis (19/7/2018) pukul 15:37 WIB, US$ 1 di pasar spot ditransaksikan Rp 14.475. Rupiah melemah 0,49% dibandingkan penutupan kemarin. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak bulan oktober 2015
Situasi rupiah yang semakin memburuk didorong keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo di 5,25%. Keputusan tersebut dilandasi pertimbangan BI sudah cukup agresif menanggapi perkembangan ekonomi global.
"Kenapa tetap? Kenaikan yang sudah kami lakukan yaitu 100 basis poin itu sudah cukup kompetitif untuk aliran modal," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantor BI, Jakarta, Kamis (19/7/2018).
Meskipun BI menegaskan arah kebijakan mereka tetap hawkish, nampaknya hal tersebut tidak cukup menahan pergerakan rupiah yang terus melemah. Penyebabnya, sinyal kuat The Federal Reserve yang akan tetap agresif di sisa tahun berjalan 2018.
Kini, The Fed sedang dalam proses untuk merampingkan neraca tersebut. Caranya adalah melepas surat-surat berharga yang dimilikinya, menyedot likuiditas dari pasar.
Kondisi ini pun semakin memperparah pergerakan rupiah, sehingga mendekati posisi 14.500/US$
(alf/dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Pada Kamis (19/7/2018) pukul 15:37 WIB, US$ 1 di pasar spot ditransaksikan Rp 14.475. Rupiah melemah 0,49% dibandingkan penutupan kemarin. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak bulan oktober 2015
![]() |
"Kenapa tetap? Kenaikan yang sudah kami lakukan yaitu 100 basis poin itu sudah cukup kompetitif untuk aliran modal," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantor BI, Jakarta, Kamis (19/7/2018).
Meskipun BI menegaskan arah kebijakan mereka tetap hawkish, nampaknya hal tersebut tidak cukup menahan pergerakan rupiah yang terus melemah. Penyebabnya, sinyal kuat The Federal Reserve yang akan tetap agresif di sisa tahun berjalan 2018.
Selain kenaikan suku bunga acuan, The Fed juga terus melakukan normalisasi neraca. Saat krisis keuangan global, The Fed menggelontorkan likuiditas ke pasar dengan memborong surat-surat berharga. Neraca The Fed pun membengkak.
Kini, The Fed sedang dalam proses untuk merampingkan neraca tersebut. Caranya adalah melepas surat-surat berharga yang dimilikinya, menyedot likuiditas dari pasar.
Powell mengatakan proses normalisasi neraca ini bisa berlangsung selama 3-4 tahun. Dalam periode tersebut, likuiditas dolar AS akan cenderung ketat karena ditarik oleh The Fed.
Persepsi ini semakin menebalkan keyakinan investor bahwa nilai dolar AS akan semakin kuat karena pasokannya kian terbatas. Aksi beli pun terus melanda greenback, sehingga nilainya bertambah naik
Kondisi ini pun semakin memperparah pergerakan rupiah, sehingga mendekati posisi 14.500/US$
(alf/dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular