Begini Hubungan TPS Food dengan Investor Global, Termasuk KKR
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
19 July 2018 14:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama perusahaan investasi global Kohlberg Kravis Roberts (KKR) di Indonesia sangat dekat dengan nama PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) dalam perbincangan di jagat pasar modal.
Betapa tidak. TPS Food pernah punya cita-cita menjadi produsen swasta beras terbesar di Indonesia dengan empat hingga lima pabrik.
Cita-cita mengembangkan bisnis beras menggiurkan yang dijual AISA itu berhasil memikat minat dari KKR untuk menggenggam saham perusahaan sejak kuartal III-2013.
Masuknya KKR ke perusahaan yang dipiimpin oleh Stefanus Joko Mogoginta tersebut dilakukan melalui lembaga pengelola investasi global lain dengan posisi kelolaan terbesar keempat dunia yaitu Fidelity Investments Inc.
Saham AISA mengalami kenaikan harga hingga ke rekor tertinggi sepanjang masa Rp 1.500 pada 22 Juli 2013 ketika isu tentang masuknya KKR memanas.
Rekor tersebut kembali ditembus pada 28 Mei 2014 ketika harganya menyentuh Rp 2.620 dengan rekor harga penutupan tertinggi Rp 2.590 pada 5 Juni 2014.
Hingga 2016, bisnis beras perseroan menyumbang Rp 4 triliun (61%) dari total pendapatan senilai Rp6,5 triliun.
Ketika sedang jaya-jayanya, pabrik beras milik anak usaha Tiga Pilar Sejahtera Food yaitu PT Indo Beras Unggul yang digerebek langsung oleh Mentan Andi Amran Sulaiman.
Pabrik IBU digerebek karena diduga menyimpan beras subsidi dan mengoplosnya menjadi beras premium. Beras oplosan ditengarai dibungkus perusahaan menjadi beras premium merek Maknyuss dan Ayam Jago.
Perusahaan sempat menggelar paparan publik untuk mengklarifikasi bahwa perusahaan tidak mengoplos beras subsidi menjadi beras premium.
Meskipun demikian, perusahaan 1.700 karyawan dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Mimpi menjadi produsen beras swasta terbesar mulai pudar.
Karena potensi pelepasan bisnis beras dan penurunan profitabilitasnya, KKR disebut-sebut berniat keluar dari daftar pemegang saham AISA.
Meski punya rencana menjual bisnis beras, manajemen AISA dalam laporan keuangan menuliskan bahwa akan menjalin kerja sama dengan Perum Bulog dalam proses pengolahan gabah dan beras. Pada saat perusahaan sedang kesulitan, pemilik usaha malah ekspansi ke sektor lain.
Hari ini, muncul kabar tentang masuknya Grup Tiga Pilar ke swalayan modern Kem Chicks.
Masuknya Bulog ke bisnis beras serta masuknya Grup Tiga Pilar ke bisnis baru di Kem Chicks dapat menjadi katalis sentimen positif dari pelaku pasar terhadap masa depan kelompok usaha tersebut. Selain dengan KKR, saham TPS Food juga dipegang oleh sejumlah bankir investasi global lainnya. Berikut ini daftar pemegang pemegang TPS Food.
Seperti apa sepak terjang TPS Food ini garis besarnya :
1992
PT Tiga Pilar Sejahtera Didirikan trio Joko Mogoginta, Bapak Budhi Istanto, dan Almarhum Bapak Priyo Hadisusanto.
2003
Masuk ke bursa saham melalui penambahan modal saham dengan penawaran umum terbatas I (rights issue I) PT Asia Inti Selera Tbk (backdoor listing AISA).
2008
Melangsungkan rights issue II dan mengakuisisi perusahaan sawit PT Bumi Raya Investindo (BRI).
2010
Masuk bisnis beras melalui akuisisi perusahaan pedagang beras PT Dunia Pangan dengan merek Ayam Jago, Desa Cianjur, Istana Bangkok, dan Rumah Adat.
2011
Membeli merk dan pabrik makanan ringan ‘Taro’ dari PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Menggelar rights issue III.
Mengakuisisi pabrik beras dan merek beras PT Alam Makmur Sembada yang akan menjadi aset PT Indo Makmur Sembada.
Berniat menjadi produsen beras swasta terbesar di Indonesia.
2012
Menerbitkan obligasi I/2012 senilai Rp 600 miliar dan sukuk ijarah I/2012 senilai Rp 300 miliar. Jatuh tempo pada Mei 2019.
Ingin bangun dua pabrik pengolahan beras baru senilai Rp 205 miliar dan penyimpanan (silo). Untuk kedua agenda itu, AISA bekerja sama dengan Satake Corporation asal Jepang, Jiangsu Muyang Group Co dari China, dan The GSI Group LLC dari Amerika Serikat.
2013
KKR masuk ke AISA.
2014
Peresmian beroperasinya pabrik PT Sukses Abadi Karya Inti (SAKTI) di Sragen.
Menggelar Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD/non-preemptive rights) sebagai pintu masuk penambahan modal KKR.
2016
Menjual mayoritas kepemilikannya di perusahaan sawit PT Golden Plantation Tbk (GOLL) kepada PT JOM Prawarsa Indonesia senilai Rp 521,43 miliar untuk fokus di bisnis beras dan makanan olahan.
JOM Prawarsa merupakan pihak afiliasi karena Stefanus Joko Mogoginta juga menjadi direktur sekaligus pemegang saham mayoritas (80%) JOM.
2016
Meresmikan pabrik pembangkit listrik PT Patra Power Nusantara.
Peresmian pabrik unit-5 yang memproduksi Bihunku.
Menerbitkan sukuk ijarah II/2016 senilai Rp 1,2 triliun yang akan jatuh tempo pada 2021.
2017
Anak usahanya yaitu PT Indo Beras Unggul (IBU) terlilit kasus beras oplosan dan penimbunan beras bersubsidi.
Berniat lepas seluruh bisnis beras, rumahkan 1.700 karyawan pabrik beras.
2018
Gagal bayar kupon obligasi dan sukuk.
Perusahaan masih memiliki utang senilai Rp 1,1 triliun berbentuk pinjaman bank (melalui BRI), pinjaman berulang (revolving) Rp 359,97 miliar (melalui BRI), sukuk dan obligasi jatuh tempo 2019 senilai Rp 900 miliar, serta Rp 1,01 triliun sukuk yang akan jatuh tempo pada 2021.
Menjalin kerja sama pengolahan gabah dan beras untuk mendukung penjualan beras premium Perum Bulog.
PT Akar Panji Ulung, perusahaan Grup Tiga Pilar lain milik Stefanus Joko Mogoginta, menjadi pemegang saham swalayan modern Kem Chicks yang didirikan mendiang wirausahawan Bob Sadino.
(Irvin Avriano A./hps) Next Article TPS Food Nyatakan Ulang Laporan Keuangan 2018
Betapa tidak. TPS Food pernah punya cita-cita menjadi produsen swasta beras terbesar di Indonesia dengan empat hingga lima pabrik.
Cita-cita mengembangkan bisnis beras menggiurkan yang dijual AISA itu berhasil memikat minat dari KKR untuk menggenggam saham perusahaan sejak kuartal III-2013.
Saham AISA mengalami kenaikan harga hingga ke rekor tertinggi sepanjang masa Rp 1.500 pada 22 Juli 2013 ketika isu tentang masuknya KKR memanas.
Rekor tersebut kembali ditembus pada 28 Mei 2014 ketika harganya menyentuh Rp 2.620 dengan rekor harga penutupan tertinggi Rp 2.590 pada 5 Juni 2014.
![]() |
Hingga 2016, bisnis beras perseroan menyumbang Rp 4 triliun (61%) dari total pendapatan senilai Rp6,5 triliun.
Ketika sedang jaya-jayanya, pabrik beras milik anak usaha Tiga Pilar Sejahtera Food yaitu PT Indo Beras Unggul yang digerebek langsung oleh Mentan Andi Amran Sulaiman.
Pabrik IBU digerebek karena diduga menyimpan beras subsidi dan mengoplosnya menjadi beras premium. Beras oplosan ditengarai dibungkus perusahaan menjadi beras premium merek Maknyuss dan Ayam Jago.
Perusahaan sempat menggelar paparan publik untuk mengklarifikasi bahwa perusahaan tidak mengoplos beras subsidi menjadi beras premium.
Meskipun demikian, perusahaan 1.700 karyawan dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Mimpi menjadi produsen beras swasta terbesar mulai pudar.
Karena potensi pelepasan bisnis beras dan penurunan profitabilitasnya, KKR disebut-sebut berniat keluar dari daftar pemegang saham AISA.
Meski punya rencana menjual bisnis beras, manajemen AISA dalam laporan keuangan menuliskan bahwa akan menjalin kerja sama dengan Perum Bulog dalam proses pengolahan gabah dan beras. Pada saat perusahaan sedang kesulitan, pemilik usaha malah ekspansi ke sektor lain.
Hari ini, muncul kabar tentang masuknya Grup Tiga Pilar ke swalayan modern Kem Chicks.
Masuknya Bulog ke bisnis beras serta masuknya Grup Tiga Pilar ke bisnis baru di Kem Chicks dapat menjadi katalis sentimen positif dari pelaku pasar terhadap masa depan kelompok usaha tersebut. Selain dengan KKR, saham TPS Food juga dipegang oleh sejumlah bankir investasi global lainnya. Berikut ini daftar pemegang pemegang TPS Food.
![]() |
Seperti apa sepak terjang TPS Food ini garis besarnya :
1992
PT Tiga Pilar Sejahtera Didirikan trio Joko Mogoginta, Bapak Budhi Istanto, dan Almarhum Bapak Priyo Hadisusanto.
2003
Masuk ke bursa saham melalui penambahan modal saham dengan penawaran umum terbatas I (rights issue I) PT Asia Inti Selera Tbk (backdoor listing AISA).
2008
Melangsungkan rights issue II dan mengakuisisi perusahaan sawit PT Bumi Raya Investindo (BRI).
2010
Masuk bisnis beras melalui akuisisi perusahaan pedagang beras PT Dunia Pangan dengan merek Ayam Jago, Desa Cianjur, Istana Bangkok, dan Rumah Adat.
2011
Membeli merk dan pabrik makanan ringan ‘Taro’ dari PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Menggelar rights issue III.
Mengakuisisi pabrik beras dan merek beras PT Alam Makmur Sembada yang akan menjadi aset PT Indo Makmur Sembada.
Berniat menjadi produsen beras swasta terbesar di Indonesia.
2012
Menerbitkan obligasi I/2012 senilai Rp 600 miliar dan sukuk ijarah I/2012 senilai Rp 300 miliar. Jatuh tempo pada Mei 2019.
Ingin bangun dua pabrik pengolahan beras baru senilai Rp 205 miliar dan penyimpanan (silo). Untuk kedua agenda itu, AISA bekerja sama dengan Satake Corporation asal Jepang, Jiangsu Muyang Group Co dari China, dan The GSI Group LLC dari Amerika Serikat.
2013
KKR masuk ke AISA.
2014
Peresmian beroperasinya pabrik PT Sukses Abadi Karya Inti (SAKTI) di Sragen.
Menggelar Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD/non-preemptive rights) sebagai pintu masuk penambahan modal KKR.
2016
Menjual mayoritas kepemilikannya di perusahaan sawit PT Golden Plantation Tbk (GOLL) kepada PT JOM Prawarsa Indonesia senilai Rp 521,43 miliar untuk fokus di bisnis beras dan makanan olahan.
JOM Prawarsa merupakan pihak afiliasi karena Stefanus Joko Mogoginta juga menjadi direktur sekaligus pemegang saham mayoritas (80%) JOM.
2016
Meresmikan pabrik pembangkit listrik PT Patra Power Nusantara.
Peresmian pabrik unit-5 yang memproduksi Bihunku.
Menerbitkan sukuk ijarah II/2016 senilai Rp 1,2 triliun yang akan jatuh tempo pada 2021.
2017
Anak usahanya yaitu PT Indo Beras Unggul (IBU) terlilit kasus beras oplosan dan penimbunan beras bersubsidi.
Berniat lepas seluruh bisnis beras, rumahkan 1.700 karyawan pabrik beras.
2018
Gagal bayar kupon obligasi dan sukuk.
Perusahaan masih memiliki utang senilai Rp 1,1 triliun berbentuk pinjaman bank (melalui BRI), pinjaman berulang (revolving) Rp 359,97 miliar (melalui BRI), sukuk dan obligasi jatuh tempo 2019 senilai Rp 900 miliar, serta Rp 1,01 triliun sukuk yang akan jatuh tempo pada 2021.
Menjalin kerja sama pengolahan gabah dan beras untuk mendukung penjualan beras premium Perum Bulog.
PT Akar Panji Ulung, perusahaan Grup Tiga Pilar lain milik Stefanus Joko Mogoginta, menjadi pemegang saham swalayan modern Kem Chicks yang didirikan mendiang wirausahawan Bob Sadino.
(Irvin Avriano A./hps) Next Article TPS Food Nyatakan Ulang Laporan Keuangan 2018
Most Popular