
Rupiah Masih Melemah, Penguatan IHSG Tertahan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 July 2018 12:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,21% pada akhir sesi 1 ke level 5.903,33. Penguatan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan bervariasi.
Indeks Strait Times naik 0,93%, indeks Hang Seng naik 0,02%, indeks Nikkei turun 0,06%, indeks Kospi turun 0,32%, dan indeks Shanghai turun 0,55%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,44 triliun dengan volume sebanyak 5,35 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 264.207 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,81%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+1,56%), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+9,53), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+2,53%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,69%).
Sempat menguat hingga 0,51% ke level 5.920.93, penguatan IHSG tertahan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sampai dengan siang ini, rupiah melemah 0,14% di pasar spot melawan dolar AS ke level Rp 14.420.
Pelemahan rupiah terjadi lantaran persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh The Federal Reserve semakin mencuat. Dalam testimoninya di hadapan House Financial Services Committee kemarin (18/7/2018), Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell mengulangi apa yang disampaikannya di hadapan Senate Banking Committee pada hari Selasa (17/7/2018) bahwa bank sentral masih akan menaikkan suku bunga acuan secara bertahap.
Pasca testimoni Powell kemarin, probabilitas The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini naik menjadi 58,2% dari posisi sebelumnya yang sebesar 56,2%. Di sisi lain, probabilitas bahwa the Fed hanya akan menaikkan sebanyak 3 kali pada tahun ini turun menjadi 31,8%, dari yang sebelumnya 34,9%. Artinya, semakin banyak pelaku pasar yang percaya bahwa akan ada kenaikan sebanyak 2 kali lagi di sisa tahun ini (4 kali secara total).
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan menahan suku bunga acuan pada hari ini. Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bank sentral masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, hanya 2 yang memperkirakan kenaikan sebesar 25bps menjadi 5,5%, sementara sisanya memperkirakan suku bunga acuan tak akan diubah.
Kondisi ini memberikan momentum bagi dolar AS untuk menguat melawan rupiah dan membuat pelaku pasar agak berhati-hati dalam bertransaksi di bursa saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Indeks Strait Times naik 0,93%, indeks Hang Seng naik 0,02%, indeks Nikkei turun 0,06%, indeks Kospi turun 0,32%, dan indeks Shanghai turun 0,55%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,44 triliun dengan volume sebanyak 5,35 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 264.207 kali.
Sempat menguat hingga 0,51% ke level 5.920.93, penguatan IHSG tertahan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sampai dengan siang ini, rupiah melemah 0,14% di pasar spot melawan dolar AS ke level Rp 14.420.
Pelemahan rupiah terjadi lantaran persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh The Federal Reserve semakin mencuat. Dalam testimoninya di hadapan House Financial Services Committee kemarin (18/7/2018), Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell mengulangi apa yang disampaikannya di hadapan Senate Banking Committee pada hari Selasa (17/7/2018) bahwa bank sentral masih akan menaikkan suku bunga acuan secara bertahap.
Pasca testimoni Powell kemarin, probabilitas The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini naik menjadi 58,2% dari posisi sebelumnya yang sebesar 56,2%. Di sisi lain, probabilitas bahwa the Fed hanya akan menaikkan sebanyak 3 kali pada tahun ini turun menjadi 31,8%, dari yang sebelumnya 34,9%. Artinya, semakin banyak pelaku pasar yang percaya bahwa akan ada kenaikan sebanyak 2 kali lagi di sisa tahun ini (4 kali secara total).
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan menahan suku bunga acuan pada hari ini. Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan bank sentral masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, hanya 2 yang memperkirakan kenaikan sebesar 25bps menjadi 5,5%, sementara sisanya memperkirakan suku bunga acuan tak akan diubah.
Kondisi ini memberikan momentum bagi dolar AS untuk menguat melawan rupiah dan membuat pelaku pasar agak berhati-hati dalam bertransaksi di bursa saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Most Popular