
Analisis Teknikal
Permintaan Batu Bara China Naik, Mari Simak Saham ITMG
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
19 July 2018 09:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, perubahan iklim global akibat pemakaian energi fosil justru menjadi berkah bagi pelaku industri ini. Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) pun secara teknikal berpeluang terangkat dalam sepekan ini.
Harga batu bara memasuki tren penguatan sejak Mei 2018, disokong oleh menguatnya permintaan batu bara China akibat musim semi yang lebih panas dari biasanya. Anomali cuaca ini merupakan buntut dari efek rumah kaca, di mana pembakaran energi fosil berujung pada kenaikan suhu global.
Pembangkit listrik bertenaga batu bara harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
Akibatnya, reli harga batu bara ICE Newcastle masih belum berhenti, dengan menguat 0,47% ke US$118,25/ton pada Senin (16/07/2018). Harga si batu hitam pun masih betah di rekor tertinggi dalam 6,5 tahun, atau sejak awal Februari 2012.
Membaiknya cuaca pada awal kuartal II/2018 pada wilayah Kalimantan diperkirakan mengangkat produksi batu bara. Salah satu emiten yang diperkirakan terkena dampak positif tersebut yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Kinerja saham ITMG secara tahun berjalan (year to date/ytd) sebenarnya sudah cukup baik dengan kenaikan sebesar 21,25%, atau hampir sama dengan laju kenaikan indeks sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 25,76% pada periode yang sama.
Kenaikan tersebut tidak lain ditopang oleh kenaikan harga batu bara dunia dan penguatan mata uang khususnya dolar Amerika Serikat.
Bagaimana pergerakan ITMG bila dilihat dari kaca mata analisis teknikal, tim riset CNBC Indonesia merangkumnya sebagai berikut:
Pada perdagangan Rabu (18/7/2018), ITMG ditutup menguat 2,58% ke level Rp 24.825 per unit dengan nilai transaksi Rp 71 miliar. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 10,4 miliar.
(ags/ags) Next Article Kenalkan Somruedee Chaimonkol Sang Ratu Batu Bara Asia
Harga batu bara memasuki tren penguatan sejak Mei 2018, disokong oleh menguatnya permintaan batu bara China akibat musim semi yang lebih panas dari biasanya. Anomali cuaca ini merupakan buntut dari efek rumah kaca, di mana pembakaran energi fosil berujung pada kenaikan suhu global.
Pembangkit listrik bertenaga batu bara harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
Membaiknya cuaca pada awal kuartal II/2018 pada wilayah Kalimantan diperkirakan mengangkat produksi batu bara. Salah satu emiten yang diperkirakan terkena dampak positif tersebut yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Kinerja saham ITMG secara tahun berjalan (year to date/ytd) sebenarnya sudah cukup baik dengan kenaikan sebesar 21,25%, atau hampir sama dengan laju kenaikan indeks sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 25,76% pada periode yang sama.
Kenaikan tersebut tidak lain ditopang oleh kenaikan harga batu bara dunia dan penguatan mata uang khususnya dolar Amerika Serikat.
Bagaimana pergerakan ITMG bila dilihat dari kaca mata analisis teknikal, tim riset CNBC Indonesia merangkumnya sebagai berikut:
![]() |
Secara jangka menengah, ITMG cenderung bergerak menyamping (sideways), dengan area penghalang (resistance) pada level Rp 26.000 per unit dan area penopang (support) pada level Rp 21.000.
Di perdagangan terakhir, ITMG ditutup naik dengan pola lilin putih panjang (long white candle) yang merupakan indikasi pola lanjutan (continuation) tren kenaikan harga saham, meski bersifat sedang.
Mengacu pada beberapa indikator teknikal seperti rerata pergerakan (moving average/MA), ITMG telah menembus garis rerata pergerakan selama 5, 20 dan 50 hari (MA-5, MA-10, dan MA-50).
Ini mengindikasikan bahwa harga saham emiten yang dikendalikan oleh grup Banpu asal Thailand tersebut mulai keluar dari tekanan.
Berdasarkan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), ITMG sudah memberikan sinyal persilangan emas (golden cross) atau diperkirakan cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Di perdagangan terakhir, ITMG ditutup naik dengan pola lilin putih panjang (long white candle) yang merupakan indikasi pola lanjutan (continuation) tren kenaikan harga saham, meski bersifat sedang.
Mengacu pada beberapa indikator teknikal seperti rerata pergerakan (moving average/MA), ITMG telah menembus garis rerata pergerakan selama 5, 20 dan 50 hari (MA-5, MA-10, dan MA-50).
Ini mengindikasikan bahwa harga saham emiten yang dikendalikan oleh grup Banpu asal Thailand tersebut mulai keluar dari tekanan.
Berdasarkan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), ITMG sudah memberikan sinyal persilangan emas (golden cross) atau diperkirakan cenderung menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Kenalkan Somruedee Chaimonkol Sang Ratu Batu Bara Asia
Most Popular