
Kenalkan Somruedee Chaimonkol Sang Ratu Batu Bara Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Sosok Somruedee Chaimongkol kerap dijuluki sebagai 'Ratu batu bara Asia'. Ini lantaran Somruedee dikenal sebagai CEO perusahaan energi asal Thailand, Banpu Public Company Limited. Ia sendiri sudah bekerja di perusahaan tersebut sejak awal karirnya, yakni 39 tahun silam.
Selain memimpin Banpu sejak 2015 silam, perempuan berumur 60 tahun tersebut juga menjabat sebagai komisaris di emiten batu bara Tanah Air, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), sejak 2007 hingga saat ini.
Asal tahu saja, cucu usaha Banpu, Banpu Minerals (Singapore), mengakuisisi ITMG dan anak usahanya sejak 2001, atau sekitar 6 tahun sebelum ITMG melantai di Bursa Efek Indonesia BEI) pada Desember 2007. Melansir Bangkok Post, saat itu, Somruedee adalah project leader alias pemimpin proyek akuisisi tersebut.
Saat ini, Banpu Minerals (Singapore) menjadi entitas induk ITMG dengan kepemilikan saham mencapai 65,14%. Sementara, Banpu Public Company Limited, yang melantai di Bursa Efek Thailand, menjadi entitas pengendali utama ITMG.
Secara lebih rinci, Banpu Public Company Limited menggenggam 50,00% saham Banpu Minerals (Singapore). Adapun, 50% saham Banpu Minerals (Singapore) lainnya digenggam oleh cucu usaha Banpu Public Company Limited lainnya, Banpu Coal Investment Co. ltd.
Di Banpu, Somruedee mulai bekerja sebagai staf tingkat pemula setelah ia menyelesaikan kuliahnya sebagai sarjana akuntansi di Universitas Bangkok pada 1983. Banpu sendiri berdiri pada tahun yang sama saat Somruedee menjadi 'anak baru', tepatnya pada 16 Mei 1983.
Setelah mengisi sejumlah posisi, termasuk menjadi wakil presiden senior untuk departemen keuangan dan akuntansi pada 2001, Somruedee naik jabatan menjadi Chief Financial Officer (CFO) Banpu pada 2006.
Jabatan CFO tersebut ia emban hingga diangkat menjadi CEO selang 9 tahun kemudian.
Selama memimpin departemen finansial perusahaan, Somruedee berhasil memenangi sejumlah penghargaan, termasuk 'Best CFO' dari sejumlah institusi pemeringkat keuangan di Asia.
Teranyar, Somruedee dianugerahi penghargaan Women of the Year 2021 di bidang energi dari media berbahasa Inggris Thailand Bangkok Post.
Menurut Bangkok Post, pencapaian Somruedee adalah berhasil mengarahkan dan membantu Banpu melakukan diversifikasi ke bisnis energi bersih, termasuk pembangkit listrik terbarukan, panel surya atap, kendaraan listrik, dan teknologi energi.
Saat ini, mengutip laporan tahunan Banpu 2021, Somruedee tercatat menggenggam 0,12% saham perusahaan.
Asal tahu saja, selain memegang gelar sarjana akuntansi, Somruedee juga pernah mengikuti Program for Global Leadership, Harvard University Graduate School of Business Administration, Boston, Amerika Serikat.
Selain itu, dia juga mengikuti Director Certification Program (DCP) #78/2006, Thai Institute of Directors Association (IOD), Capital Market Academy Leader Program #18, Capital Market Academy (CMA), dan Executive Management with Business Development and Investment #2, Institute of Business and Industrial Development.
Mengubah Haluan Perusahaan
Di bawah kepemimpinan Somruedee, konglomerat energi Negeri Gajah Putih tersebut ingin mengubah arah bisnis ke perusahaan 'hijau' dalam 5 tahun ke depan, usai berfokus pada bisnis batu bara selama hampir 4 dekade terakhir.
"Dalam jangka panjang, kami akan mengubah portofolio kami, energi bersih dan teknologi energi mengambil lebih dari setengah bisnis kami," kata Somruedee kepada Bangkok Post.
Diversifikasi tersebut terlihat, misalnya pada 2016, ketika Banpu memutuskan untuk mendirikan perusahaan pembangkit listrik spin-off, Banpu Power, yang juga kemudian melantai di Bursa Efek Thailand.
Selama Somruedee memegang stir Banpu selama 2016 dan 2018, Banpu dan Banpu Power melakukan diversifikasi ke bisnis panel surya atap, sistem penyimpanan energi, hingga kendaraan listrik (EV).
Banpu juga mengakuisisi aset produksi shale gas di AS - shale basin Marcellus di Pennsylvania dan shale basin Barnett di Texas.
Selain itu, pada Oktober tahun lalu, Banpu memutuskan untuk mengeluarkan belanja modal US$ 30,8 juta untuk menjalankan fasilitas produksi gas alam di lapangan shale Barnett.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC International pada 6 Juni 2021, Somruedee juga membahas mengenai arah bisnis Banpu untuk menjadi perusahaan yang berfokus pada energi terbarukan.
"Sejak 2010, kami berbicara tentang transformasi. Dan sejak 2015, ketika saya menggantikan pendahulu saya sebagai CEO, kami mulai menerapkan [rencana] yang lebih hijau dan lebih cerdas. Selama lima tahun terakhir, kami menghabiskan US$ 2 miliar dan 90% dari [yang sedang berlangsung] ... investasi yang lebih hijau, seperti gas, seperti energi terbarukan, dan teknologi energi," kata Somruedee kepada CNBC International.
Lalu pertanyaannya, apakah Banpu akan keluar dari bisnis batu bara sama sekali? Somruedee menjawab kepada CNBC International, tidak dalam lima sampai 10 tahun ke depan. Alasannya jelas: karena masih akan ada permintaan dari pelanggan untuk si batu hitam.
Namun, kata Somruedee, perusahaan tidak akan berinvestasi dalam aset batu bara baru, seraya menambahkan bahwa perusahaan akan menginvestasikan uang ke energi terbarukan dan dengan demikian mengurangi kontribusi batu bara terhadap omset perusahaan.
Didirikan pada tahun 1983, Ban Pu Coal Company Limited Thailand memulai operasinya di Provinsi Lamphun utara negara itu dan terdaftar di bursa efek Thailand enam tahun kemudian.
Perusahaan kemudian berganti nama pada tanggal 29 Juli 1993 menjadi "Banpu Public Company Limited."
Banpu saat ini merupakan penyedia energi internasional yang beroperasi di 10 negara di seluruh dunia, seperti Thailand, Indonesia, Cina, Australia, Laos, Mongolia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Terakhir, menyimak rencana Banpu ke depan yang ingin mengurangi porsi bisnis batu bara di atas, apakah Somruedee sudah bersiap menanggalkan julukan 'Ratu batu bara Asia' yang selama ini menjadi nama tengahnya? Menarik untuk ditunggu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sederet Aksi Korporasi, Bagi Dividen Hingga Divestasi