
Kinerja Kuartal II lemah, Target Price INTP Dipangkas 13,5%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 July 2018 19:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Mirae Asset Sekuritas Indonesia memangkas target harga 12 bulan untuk saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) hingga 13,5%, dari Rp 15.600/saham menjadi Rp 13.500/saham, sembari menahan rekomendasinya di level 'hold'. Keputusan ini diambil seiring dengan kinerja perusahaan yang diproyeksi kurang memuaskan di kuartal II-2018.
Dalam risetnya tertanggal 18 Juli, analis sektor industri dasar Mimi Halimin memproyeksikan tingginya biaya energi yang harus dikeluarkan perusahaan telah menekan marjin laba kotor. Sepanjang kuartal II-2018 (sampai dengan 16 Juli), rata-rata harga batu bara adalah sebesar US$ 103,8/ton, lebih tinggi dari rata-rata kuartal I-2018 yang sebesar US$ 102,8/ton.
Sebagai catatan, marjin perusahaan pada kuartal I-2018 hanya berada di level 28,7%, turun dari capaian kuartal IV-2017 yang masih berada di atas 30%. Kala itu, tingginya biaya energi yakni bahan bakar dan listrik merupakan faktor utama tertekannya marjin perusahaan.
Dari sisi penjualan, kondisinya juga tak membaik di kuartal II, seiring dengan libur Idul Fitri yang lebih panjang. Menurut INTP, pada Juni 2018 hanya ada 11 hari kerja, lebih rendah dari Juni 2017 yang sebanyak 17 hari. Akibatnya, penjualan pada kuartal II anjlok hingga 10,8% jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Lebih lanjut, tak ada kenaikan harga jual rata-rata (average selling price) yang signifikan selama kuartal-II.
Untuk tahun 2018, proyeksi laba bersih perusahaan dipangkas sebesar 6,4% (dari Rp 1,16 triliun menjadi Rp 1,085 triliun), sementara untuk tahun 2019, laba bersih perusahaan dipangkas hingga 20,9% (dari Rp 1,67 triliun menjadi Rp 1,32 triliun).
Mimi menambahkan, beberapa hal yang bisa mengerek kinerja perusahaan adalah ASP yang lebih tinggi dari perkiraan, pemulihan di sektor properti, konsolidasi industri semen yang lebih cepat, serta harga energi yang lebih rendah dari ekspektasi.
Sementara itu, risiko yang menghantui kinerja perusahaan adalah penjualan dan marjin yang lebih rendah dari perkiraan.
(ank/wed) Next Article Saham INTP Reli Enam Hari Berturut, Naik Hingga 15,78%
Dalam risetnya tertanggal 18 Juli, analis sektor industri dasar Mimi Halimin memproyeksikan tingginya biaya energi yang harus dikeluarkan perusahaan telah menekan marjin laba kotor. Sepanjang kuartal II-2018 (sampai dengan 16 Juli), rata-rata harga batu bara adalah sebesar US$ 103,8/ton, lebih tinggi dari rata-rata kuartal I-2018 yang sebesar US$ 102,8/ton.
Sebagai catatan, marjin perusahaan pada kuartal I-2018 hanya berada di level 28,7%, turun dari capaian kuartal IV-2017 yang masih berada di atas 30%. Kala itu, tingginya biaya energi yakni bahan bakar dan listrik merupakan faktor utama tertekannya marjin perusahaan.
Untuk tahun 2018, proyeksi laba bersih perusahaan dipangkas sebesar 6,4% (dari Rp 1,16 triliun menjadi Rp 1,085 triliun), sementara untuk tahun 2019, laba bersih perusahaan dipangkas hingga 20,9% (dari Rp 1,67 triliun menjadi Rp 1,32 triliun).
Mimi menambahkan, beberapa hal yang bisa mengerek kinerja perusahaan adalah ASP yang lebih tinggi dari perkiraan, pemulihan di sektor properti, konsolidasi industri semen yang lebih cepat, serta harga energi yang lebih rendah dari ekspektasi.
Sementara itu, risiko yang menghantui kinerja perusahaan adalah penjualan dan marjin yang lebih rendah dari perkiraan.
(ank/wed) Next Article Saham INTP Reli Enam Hari Berturut, Naik Hingga 15,78%
Most Popular