
Soal Kurs, RI Kalah Jauh dari Malaysia dan Thailand
Alfado Agustio & Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
18 July 2018 16:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menjadi salah mata uang di negara-negara emerging dengan nilai depresiasi cukup parah. Data dari Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, secara Year-to-Date (YtD) rupiah telah terdepresiasi hingga 5,58%. Angka tersebut masih lebih baik dibandingkan mata uang negara lain seperti Peso Argentina, Lira Turki, hingga Peso Filipina.
Namun, kondisi tersebut tetaplah bukan berita baik Indonesia. Pasalnya negara tetangga, Malaysia justru depresiasi lebih kecil dibandingkan rupiah. Berikut negara-negara dengan nilai apresiasi dan depresiasi terkecil selama Year to Date berdasarkan data Bank Indonesia, Rabu (18/7/2018):
1. Peso Colombia : 4,51%
2. Peso Mexico : 3.62%
3. Ringgit Malaysia : -0,31%
4. Dolar Hongkong : -0,45%
5. Baht Thailand : -2,27%
6. Dolar Singapura : -2,31%
7. Dolar Taiwan : -2,54%
8. Leu Rumania : -2,84
9. Lev Bulgaria : -3,11
Lantas kira-kira mengapa pergerakan rupiah bisa kalah terutama dengan mata uang negara tetangga Malaysia. Berikut identifikasi Tim Riset CNBC Indonesia :
Current Account
Dari sisi ini, kinerja Malaysia jauh lebih dari Indonesia. Dalam kuartal I 2018, Malaysia mampu mencetak surplus hingga MYR 15 miliar atau 4,37% dari Growth domestik Bruto (GDP). Di sisi lain, Indonesia justru sebaliknya. Pada periode yang sama, Indonesia mengalami defisit hingga mencapai 2,15% dari GDP. Akibatnya rupiah pun lebih terdepresiasi dibandingkan ringgit malaysia.
Tingkat inflasi
Malaysia boleh dikatakan sebagai negara dengan inflasi yang cukup rendah. Selama 2018, Tingkat inflasi di Negeri Jiran terus mengalami penurunan. Per Juni 2018, tingkat inflasi hanya sebesar 0,8% secara Year-on-Year (YoY). Sementara Indonesia, per Juni 2018 tumbuh hingga mencapai 3,12%. Semakin tinggi inflasi maka akan menggerus nilai dari mata uang tersebut. Ketika inflasi semakin rendah, maka pergerakan mata uang tersebut semakin kuat.
Stabilitas politik
Malaysia, bisa dikatakan memiliki stabilitas politik yang lebih baik dibandingkan Indonesia. Selepas pemilihan umum, stabilitas politik di Negeri Jiran berangsur-angsur membaik. Sementara di Indonesia justru sebaliknya. Menjelang pemilihan umum pada 2019, stabilitas politik semakin memanas. Kondisi tersebut bisa mempengaruhi kenyamanan investor untuk menaruh dana di Indonesia. Hal ini terbukti dengan dari data capital outflow. Sejak awal tahun, aliran dana asing yang keluar mencapai US$ 3,66 miliar. Sementara Malaysia hanya 2,05 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Namun, kondisi tersebut tetaplah bukan berita baik Indonesia. Pasalnya negara tetangga, Malaysia justru depresiasi lebih kecil dibandingkan rupiah. Berikut negara-negara dengan nilai apresiasi dan depresiasi terkecil selama Year to Date berdasarkan data Bank Indonesia, Rabu (18/7/2018):
1. Peso Colombia : 4,51%
2. Peso Mexico : 3.62%
3. Ringgit Malaysia : -0,31%
4. Dolar Hongkong : -0,45%
5. Baht Thailand : -2,27%
6. Dolar Singapura : -2,31%
7. Dolar Taiwan : -2,54%
8. Leu Rumania : -2,84
9. Lev Bulgaria : -3,11
Current Account
Dari sisi ini, kinerja Malaysia jauh lebih dari Indonesia. Dalam kuartal I 2018, Malaysia mampu mencetak surplus hingga MYR 15 miliar atau 4,37% dari Growth domestik Bruto (GDP). Di sisi lain, Indonesia justru sebaliknya. Pada periode yang sama, Indonesia mengalami defisit hingga mencapai 2,15% dari GDP. Akibatnya rupiah pun lebih terdepresiasi dibandingkan ringgit malaysia.
Tingkat inflasi
Malaysia boleh dikatakan sebagai negara dengan inflasi yang cukup rendah. Selama 2018, Tingkat inflasi di Negeri Jiran terus mengalami penurunan. Per Juni 2018, tingkat inflasi hanya sebesar 0,8% secara Year-on-Year (YoY). Sementara Indonesia, per Juni 2018 tumbuh hingga mencapai 3,12%. Semakin tinggi inflasi maka akan menggerus nilai dari mata uang tersebut. Ketika inflasi semakin rendah, maka pergerakan mata uang tersebut semakin kuat.
Stabilitas politik
Malaysia, bisa dikatakan memiliki stabilitas politik yang lebih baik dibandingkan Indonesia. Selepas pemilihan umum, stabilitas politik di Negeri Jiran berangsur-angsur membaik. Sementara di Indonesia justru sebaliknya. Menjelang pemilihan umum pada 2019, stabilitas politik semakin memanas. Kondisi tersebut bisa mempengaruhi kenyamanan investor untuk menaruh dana di Indonesia. Hal ini terbukti dengan dari data capital outflow. Sejak awal tahun, aliran dana asing yang keluar mencapai US$ 3,66 miliar. Sementara Malaysia hanya 2,05 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular