Rupiah Sampai Emas Jadi Korban Kegagahan Dolar AS

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 July 2018 16:48
Rupiah Sampai Emas Jadi Korban Kegagahan Dolar AS
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan pasar hari ini. Rupiah tertekan seharian, dan menjadi salah satu mata uang dengan depresiasi terdalam di Asia. 

Pada Rabu (18/7/2018), US$ 1 kala penutupan pasar dihargai Rp 14.400. Rupiah melemah 0,24% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Rupiah sudah melemah sejak pembukaan pasar, yaitu 0,14%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam. Posisi terlemah rupiah hari ini adalah Rp 14.417/US$ dan terkuatnya di Rp 14.385/US$ saat pembukaan pasar. 

Untuk mendapatkan informasi seputar perkembangan kurs dolar AS, silakan klik di sini.

Foto: Reuters

Rupiah bernasib sama dengan mata uang utama Asia yang juga melemah terhadap dolar AS. Jika rupiah sempat menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam di Asia, kini 'gelar' itu jatuh ke won Korea Selatan. Kini rupiah jadi mata dengan dengan pelemahan terdalam keempat di Benua Kuning.  

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:15 WIB, mengutip Reuters:

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang112,95-0,09
Yuan China6,72-0,23
Won Korea Selatan1.130,70-0,42
Dolar Taiwan30,62-0,32
Dolar Hong Kong7,85-0,01
Rupee India68,55-0,20
Dolar Singapura1,37-0,20
Baht Thailand33,32-0,06
Peso Filipina53,46-0,13
 
Penguatan dolar AS memang makin tak terbendung. Dolar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, menguat 0,33%. Indeks ini terus di jalur pendakian sejak tadi malam. 

Apresiasi dolar AS bahkan sampai membuat harga emas jatuh cukup dalam. Pada pukul 16:18 WIB, harga emas dunia menyentuh titik terendahnya dalam setahun terakhir karena melemah 0,41% ke US$ 1.222,06/troy ons. 

Dolar AS dan emas memang punya hubungan yang berlawanan. Kala dolar AS menguat, maka emas yang dibanderol dengan ukuran mata uang ini menjadi lebih mahal sehingga dijauhi investor. Permintaan yang turun menyebabkan harga ikut terseret ke bawah. 

Greenback mendapat angin segar dari pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Senat AS. Dalam pidatonya, Powell kembali menegaskan bahwa bank sentral masih dalam jalur menaikkan suku bunga secara bertahap. 

Meski hal ini sudah diantisipasi oleh pasar sejak rapat The Fed pertengahan Juni lalu, tetapi masih menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Pelaku pasar semakin yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. 

Setelah pidato di Senat, Powell akan lanjut menyampaikan paparan di Kongres AS malam ini waktu Indonesia. Pelaku pasar kembali bersiap untuk menantikan pernyataan-pernyataan dari Powell dan mencari petunjuk arah kebijakan moneter AS ke depan. 

Sentimen ini berhasil membuat dolar AS digdaya dan menjadi raja mata uang dunia. Penguatan dolar AS terjadi secara luas, termasuk di Asia. Rupiah pun menjadi korbannya. 


Sementara dari dalam negeri, investor tengah menantikan pengumuman suku bunga acuan esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%.  

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'. Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%. 

Meski mayoritas suara pasar memperkirakan suku bunga ditahan, bukan berarti tidak ada kemungkinan untuk dinaikkan. Sebab, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,6% sejak awal tahun bisa saja memaksa BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan. 

Oleh karena itu, investor pun memilih untuk bermain aman sambil menanti keputusan BI. Sikap ini dilakukan dengan melepas aset-aset berbasis rupiah. 

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 35,82 miliar. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun naik menjadi 7,62% dari penutupan kemarin di 7,56%. Kenaikan yield menandakan harga sedang turun, berarti ada tekanan jual. 

Pelepasan aset-aset ini semakin membebani rupiah. Tekanan luar-dalam membuat rupiah jadi salah satu mata uang dengan depresiasi terdalam di Asia.

TIM RISET INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular