Dolar AS Sentuh Rp 14.408, Penguatan IHSG Tertahan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 July 2018 12:34
IHSG ditutup menguat 0,34% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.881,24.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,34% sampai dengan akhir sesi I ke level 5.881,24. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Strait Times naik 0,35%, indeks Nikkei naik 0,63%, indeks Kospi naik 0,07%, indeks Shanghai naik 0,51%, indeks Hang Seng naik 0,31%, indeks SET (Thailand) naik 0,54%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,32%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,75 triliun dengan volume sebanyak 6,28 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 223.562 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,43%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,02%), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk/DSSA (+16,9%), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+3,7%), dan PT Astra International Tbk/ASII (+0,75%).

Terjalinnya kesepakatan dagang antara Jepang dengan Uni Eropa telah memberikan kepercayaan diri bagi investor untuk berbelanja di pasar saham. Apalagi, sudah dua hari berturut-turut IHSG terkoreksi.

Kemarin (17/7/2018), Jepang dan Uni Eropa menandatangani kesepakatan dagang yang akan mengeleminasi hampir seluruh tarif. Melalui kesepakatan ini, sekitar 99% tarif yang sebelumnya dikenakan oleh Uni Eropa terhadap produk-produk impor asal Jepang akan dihilangkan.

Sementara bagi Uni Eropa, sebanyak 94% tarif ketika mengekspor ke Jepang akan dihilangkan, sebelum nantinya naik menjadi 99% pada tahun-tahun mendatang.

Bagi konsumen Jepang, barang-barang asal Uni Eropa seperti wine, babi, keju, dan biskuit akan lebih murah. Bagi Uni Eropa, komponen mesin, teh dan ikan asal Jepang akan menjadi lebih murah.

Kesepakatan ini tentu merupakan kabar gembira bagi ekonomi dunia. Pasalnya, gabungan dari ekonomi Jepang dan Uni Eropa setara dengan sepertiga ekonomi dunia dan mencakup lebih dari 600 juta masyarakat.

Kesepakatan ini juga memberikan angin segar kala Amerika Serikat terus saja melanjutkan kebijakan proteksionisnya, terutama terhadap China.

Sempat menyentuh titik tertingginya di level 5.899,65 (+0,65% dibandingkan penutupan kemarin, 17/7/2018), penguatan IHSG terpangkas oleh aksi jual investor asing. Sampai akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 164,8 miliar.

5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 109,8 miliar), PT Sky Energy Indonesia Tbk/JSKY (Rp 50 miliar), PT Bakrie & Brothers Tbk/BNBR (Rp 38,1 miliar), PT Surya Citra Media Tbk/SCMA (Rp 20,2 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 19,7 miliar).

Pelemahan rupiah melandasi aksi jual investor asing. Hingga siang ini, rupiah tercatat melemah hingga 0,3% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.408. Ketika rupiah melemah, berinvestasi dalam instrumen berbasis rupiah memang menjadi kurang menarik, lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus ditanggung.

Dolar AS memang sedang dalam posisi yang relatif kuat, tercermin dari indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,17%. Penyebabnya adalah testimoni Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Komite Perbankan Senat. Powell mendukung kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut, seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang sudah lebih kuat.

"Penambahan pekerjaan yang kuat, naiknya pendapatan setelah pajak, dan optimisme di kalangan rumah tangga telah meningkatkan belanja konsumen di beberapa bulan terakhir. Investasi juga terus tumbuh dalam tingkatan yang baik," ujar Powell.

Di sesi 2 nanti, jika rupiah jatuh makin dalam, bukan tak mungkin IHSG akan ditutup di zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular