Alasan Kenapa Subsidi BBM Membengkak di Akhir 2018

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 July 2018 16:55
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara mengenai proyeksi lonjakan subsidi energi
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara mengenai proyeksi lonjakan subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

Berdasarkan data prognosis APBN 2018, total subsidi energi yang digelontorkan pemerintah sampai akhir 2018 diproyeksikan mencapai Rp 163,4 triliun, atau 173% dari alokasi yang ditetapkan dalam kas negara.

Bendahara negara menyebut, proyeksi lonjakan tersebut tak lepas dari upaya pemerintah menjaga arus kas keuangan penyalur subsidi energi seperti Pertamina maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Kami membahas bersama menteri ESDM dan BUMN, beserta Pertamina dan PLN untuk melihat kondisi keuangan mereka," kata Sri Mulyani di gedung parlemen, Selasa (17/7/2018).

"Penetapan bahwa kenaikan subsidi per liter diperkirakan dibutuhkan agar pertama neraca tetap terjaga, yaitu kebutuhan mereka dari sisi operasional maupun policy subsidi," katanya.

Melihat data prognosis, harus diakui bahwa subsidi bahan bakar minyak dan subsidi listrik membengkak dari target. Subsidi BBM diperkirakan melonjak hingga 220,8%, sementara listrik mencapai 125% dari target.

"Kami melakukan hitungan ini, dan kami berharap dari Kementerian ESDM akan tetap berkomunikasi dengan dewan mengenai kenaikan alokasi subsidi ini," jelasnya.

Secara garis besar, sambung Sri Mulyani, kenaikan proyeksi kenaikan subsidi energi bertujuan untuk tetap menjaga daya beli masyarakat, serta mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi.

"Serta stabilitas, terutama tekanan yang berasal dari luar cukup besar sehingga tetap bisa menjaga confidence," tegasnya.



(dru) Next Article Duh! Subsidi BBM Bengkak Jadi Rp 103 T, 220% dari Target APBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular