
Obat BI dan Pemerintah Belum Bisa Sembuhkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 July 2018 14:39

Ketika BI berusaha menolong transaksi modal dan finansial, pemerintah pun berupaya menambal lubang di transaksi berjalan alias ekspor-impor barang dan jasa. Beberapa upaya telah dan akan dilakukan untuk mempersempit defisit transaksi berjalan yang pada kuartal I-2018 mencapai US$ 5,5 miliar atau 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Pertama adalah dengan memberikan stimulus bagi perusahaan pelayaran nasional. Selama ini, biaya pengangkutan (freight) menjadi salah satu beban bagi transaksi berjalan. Pada kuartal I-2018, jasa transportasi defisit US$ 1,71 miliar, lebih dalam ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 1,38 miliar.
Stimulus ini diberikan dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XV. Pemerintah memberlakukan bebas bea masuk untuk 115 jenis suku cadang kapal dan memberi peluang lebih besar kepada perusahaan pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti kapal tanker atau bulker. Target dari kebijakan ini adalah membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor-impor sekitar US$ 600 juta/tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai US$ 700 juta.
Langkah kedua adalah rencana mengurangi impor untuk proyek-proyek yang dinilai bukan prioritas. Rencana ini diungkapkan sendiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Kami akan meneliti kebutuhan impor apakah memang betul-betul sesuatu yang dibutuhkan perekonomian Indonesia. Lalu secara selektif kami akan meneliti siapa-siapa yang membutuhkan, apakah itu bahan baku atau barang modal, serta apa betul-betul strategis menunjang perekonominan dalam negeri. Kami akan lihat kontennya apa dan apakah proyek tersebut memang urgent harus diselesaikan dan harus mengimpor barang modal," papar Sri Mulyani.
Selain itu, pemerintah juga berencana membatasi impor-impor barang jadi. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
"Semula kan kita lepaskan barang-barang impor. Namun kalau sekarang kita menghadapi situasi seperti ini, maka barang impor yang barang jadi saya akan atur," tegasnya.
Sejauh ini, obat-obat yang disuntikkan BI dan pemerintah tersebut sepertinya belum mampu menyembuhkan rupiah. Sepertinya obat-obat ini masih kalah dibandingkan virus yang sedang diderita rupiah, yaitu virus penguatan dolar AS yang terjadi secara global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pertama adalah dengan memberikan stimulus bagi perusahaan pelayaran nasional. Selama ini, biaya pengangkutan (freight) menjadi salah satu beban bagi transaksi berjalan. Pada kuartal I-2018, jasa transportasi defisit US$ 1,71 miliar, lebih dalam ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$ 1,38 miliar.
Stimulus ini diberikan dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XV. Pemerintah memberlakukan bebas bea masuk untuk 115 jenis suku cadang kapal dan memberi peluang lebih besar kepada perusahaan pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti kapal tanker atau bulker. Target dari kebijakan ini adalah membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor-impor sekitar US$ 600 juta/tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai US$ 700 juta.
"Kami akan meneliti kebutuhan impor apakah memang betul-betul sesuatu yang dibutuhkan perekonomian Indonesia. Lalu secara selektif kami akan meneliti siapa-siapa yang membutuhkan, apakah itu bahan baku atau barang modal, serta apa betul-betul strategis menunjang perekonominan dalam negeri. Kami akan lihat kontennya apa dan apakah proyek tersebut memang urgent harus diselesaikan dan harus mengimpor barang modal," papar Sri Mulyani.
Selain itu, pemerintah juga berencana membatasi impor-impor barang jadi. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
"Semula kan kita lepaskan barang-barang impor. Namun kalau sekarang kita menghadapi situasi seperti ini, maka barang impor yang barang jadi saya akan atur," tegasnya.
Sejauh ini, obat-obat yang disuntikkan BI dan pemerintah tersebut sepertinya belum mampu menyembuhkan rupiah. Sepertinya obat-obat ini masih kalah dibandingkan virus yang sedang diderita rupiah, yaitu virus penguatan dolar AS yang terjadi secara global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular