
Kisruh di Norwegia, Harga Minyak Rebound dari Rekor Terendah
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
17 July 2018 10:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bergerak naik tipis 0,03% ke US$68,08/barel, sementara harga brent yang menjadi acuan di Eropa mampu menguat 0,57% ke US$72,25/barel, pada perdagangan hari ini Selasa (17/07/2018) hingga pukul 10.00 WIB.
Harga minyak Eropa mampu rebound, setelah pada perdagangan kemarin amblas nyaris 5%, dan menyentuh rekor terendahnya sejak pertengahan April 2018. Sebagai informasi, harga minyak light sweet juga mengalami nasib yang sama, dengan ditutup melemah sebesar 4,15%, hingga terlempar ke level di bawah US$70/barel.
Pemulihan harga mintak disokong oleh semakin banyaknya pekerja kilang minyak di Norwegia yang melakukan mogok kerja, pasca pihak perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan kenaikan gaji dan uang pensiun pada batas waktu hari Minggu (15/06/2018) tengah malam. Sebanyak 900 pekerja tambahan kini ikut melakukan mogok kerja, bergabung dengan sekitar 700 orang yang sudah melakukan protes sejak pekan lalu.
Mogok kerja yang sejatinya sudah dilakukan sejak hari Selasa pekan lalu ini belum berdampak signifikan pada produksi minyak Oslo sejauh ini, namun kemungkinan pembatalan kontrak dari beberapa perusahaan pengeboran akan terbuka lebar jika kisruh ini berlangsung selama sebulan atau lebih.
"Akan ada kerugian finansial, iya. Kita punya mekanisme di kontrak untuk mengompensasi hal tersebut, namun jika (mogok kerja) ini berlangsung lama, makan konsekuensinya akan menjadi serius," tegas CEO Odfjell Drilling Simen Lieungh, seperti dikutip dari Reuters.
"Kontrak dapat dibatalkan," tambahnya, menyebut kontrak dengan Equinor (perusahaan minyak terbesar di Norwegia) dan Aker BP.
Energi positif lainnya bagi harga minyak datang dari produksi Libya yang kemungkinan masih akan menurun, meskipun sejumlah pelabuhannya sudah dapat beroperasi kembali pasca dikuasai kelompok separatis Libyan National Army (LNA).
Produksi di lapangan minyak Sharara diekspektasikan jatuh setidaknya sebesar 160.000 barel/hari, setelah dua pekerjanya diculik oleh sebuah kelompok yang tidak dikenal, jelas perusahaan minyak milik Libya, National Oil Corporation (NOC) pada harii Sabtu (14/07/2018).
Meski disrupsi pasokan dari Skandinavia dan Libya ini mampu menjadi obat kuat bagi harga minyak pagi ini, sejatinya sentimen membaiknya pasokan global masih menghantui investor. Rusia dan negara-negara lain dikabarkan siap menambah suplai minyak dunia hingga 1 juta barel/hari. Hal ini dilakukan untuk menutup kekurangan dari Iran dan Venezuela. Iran sedang di ambang sanksi ekonomi dari AS sementara Venezuela tengah didera krisis ekonomi-sosial- politik.
"Jika memang kita membutuhkan (tambahan pasokan) 1 juta barel/hari, maka saya tidak mengesampingkan bahwa kami akan mendiskusikan itu. Kami akan membuat keputusan dengan cepat," ungkap Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, dikutip dari Reuters.
Komentar Novak menjadi sangat relevan ketika sanksi terhadap Iran sudah sangat dekat. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menegaskan bahwa Negeri Adidaya akan mengajak negara-negara sekutunya untuk tidak lagi membeli minyak dari Iran.
Namun itu tidak bisa dilakukan langsung, butuh tahap. Selain itu, akan ada pengecualian bagi negara-negara yang memang mau tidak mau masih harus mendatangkan minyak dari Negeri Persia.
"Kami ingin orang-orang mengurangi (pembelian minyak) menjadi nol. Namun untuk beberapa kasus tentu tidak bisa dilakukan dalam semalam. Kami juga akan mempertimbangkan pengecualian," ungkap Mnuchin, mengutip Reuters.
Sanksi kepada Iran ini rencananya akan dibahas dalam pertemuan tingkat menteri G20 di Buenos Aires (Argentina) 19-22 Juli. "Kami akan sangat hati-hati untuk mengurangi dampak langkah ini terhadap pasar, dan kami ingin orang-orang memiliki cukup waktu," tambah Mnuchin.
Kemudian, berdasarkan laporan US Energy Information Administration (EIA), produksi minyak mentah AS dari 7 formasi utama shale oil diekspektasikan meningkat hingga 143.000 barel/hari ke rekor 7,47 juta barel/hari pada Agustus 2018. Sentimen makin kencangnya produksi shale oil dari Negeri Paman Sam ini kemudian mampu membatasi penguatan harga minyak light sweet pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Kasus Covid-19 Dunia Tembus 100 Juta, Harga Minyak Galau
Harga minyak Eropa mampu rebound, setelah pada perdagangan kemarin amblas nyaris 5%, dan menyentuh rekor terendahnya sejak pertengahan April 2018. Sebagai informasi, harga minyak light sweet juga mengalami nasib yang sama, dengan ditutup melemah sebesar 4,15%, hingga terlempar ke level di bawah US$70/barel.
![]() |
Mogok kerja yang sejatinya sudah dilakukan sejak hari Selasa pekan lalu ini belum berdampak signifikan pada produksi minyak Oslo sejauh ini, namun kemungkinan pembatalan kontrak dari beberapa perusahaan pengeboran akan terbuka lebar jika kisruh ini berlangsung selama sebulan atau lebih.
"Kontrak dapat dibatalkan," tambahnya, menyebut kontrak dengan Equinor (perusahaan minyak terbesar di Norwegia) dan Aker BP.
Energi positif lainnya bagi harga minyak datang dari produksi Libya yang kemungkinan masih akan menurun, meskipun sejumlah pelabuhannya sudah dapat beroperasi kembali pasca dikuasai kelompok separatis Libyan National Army (LNA).
Produksi di lapangan minyak Sharara diekspektasikan jatuh setidaknya sebesar 160.000 barel/hari, setelah dua pekerjanya diculik oleh sebuah kelompok yang tidak dikenal, jelas perusahaan minyak milik Libya, National Oil Corporation (NOC) pada harii Sabtu (14/07/2018).
Meski disrupsi pasokan dari Skandinavia dan Libya ini mampu menjadi obat kuat bagi harga minyak pagi ini, sejatinya sentimen membaiknya pasokan global masih menghantui investor. Rusia dan negara-negara lain dikabarkan siap menambah suplai minyak dunia hingga 1 juta barel/hari. Hal ini dilakukan untuk menutup kekurangan dari Iran dan Venezuela. Iran sedang di ambang sanksi ekonomi dari AS sementara Venezuela tengah didera krisis ekonomi-sosial- politik.
"Jika memang kita membutuhkan (tambahan pasokan) 1 juta barel/hari, maka saya tidak mengesampingkan bahwa kami akan mendiskusikan itu. Kami akan membuat keputusan dengan cepat," ungkap Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, dikutip dari Reuters.
Komentar Novak menjadi sangat relevan ketika sanksi terhadap Iran sudah sangat dekat. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menegaskan bahwa Negeri Adidaya akan mengajak negara-negara sekutunya untuk tidak lagi membeli minyak dari Iran.
Namun itu tidak bisa dilakukan langsung, butuh tahap. Selain itu, akan ada pengecualian bagi negara-negara yang memang mau tidak mau masih harus mendatangkan minyak dari Negeri Persia.
"Kami ingin orang-orang mengurangi (pembelian minyak) menjadi nol. Namun untuk beberapa kasus tentu tidak bisa dilakukan dalam semalam. Kami juga akan mempertimbangkan pengecualian," ungkap Mnuchin, mengutip Reuters.
Sanksi kepada Iran ini rencananya akan dibahas dalam pertemuan tingkat menteri G20 di Buenos Aires (Argentina) 19-22 Juli. "Kami akan sangat hati-hati untuk mengurangi dampak langkah ini terhadap pasar, dan kami ingin orang-orang memiliki cukup waktu," tambah Mnuchin.
Kemudian, berdasarkan laporan US Energy Information Administration (EIA), produksi minyak mentah AS dari 7 formasi utama shale oil diekspektasikan meningkat hingga 143.000 barel/hari ke rekor 7,47 juta barel/hari pada Agustus 2018. Sentimen makin kencangnya produksi shale oil dari Negeri Paman Sam ini kemudian mampu membatasi penguatan harga minyak light sweet pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Kasus Covid-19 Dunia Tembus 100 Juta, Harga Minyak Galau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular