Terbeban Faktor Domestik, Rupiah Melemah Saat Dolar AS Lesu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 July 2018 09:37
Terbeban Faktor Domestik, Rupiah Melemah Saat Dolar AS Lesu
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Faktor domestik sepertinya lebih berperan terhadap pelemahan rupiah.

Pada Selasa (17/7/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar dibanderol Rp 14.380. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.  

Rupiah sempat menipiskan pelemahannya hingga impas pada pukul 08:37 WIB. Namun pada pukul 09:00 WIB, rupiah kembali melemah 0,1%. 

Padahal mata uang regional cenderung menguat di hadapan greenback. Dengan depresiasi 0,1%, rupiah dan yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemaham terdalam di Benua Kuning. 

Untuk mengikuti perkembangan kurs dolar AS, silakan klik di sini.

Berikut pergerakan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 09:12 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang112,39-0,10
Yuan China6,67+0,19
Won Korea Selatan1.125,20+0,22
Dolar Taiwan30,52+0,01
Dolar Hong Kong7,85+0,01
Rupee India68,54-0,07
Dolar Singapura1,36+0,06
Baht Thailand33,23+006
Peso Filipina53,48-0,03

Dolar AS melemah karena investor wait and see jelang pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di hadapan Senat dan Kongres AS. Berdasarkan naskah laporan Powell yag diperoleh Reuters, tidak ada kejutan. Powell diperkirakan masih mengulangi kalimat bahwa The Fed  akan menaikkan suku bunga acuan secara gradual. 

"Powell adalah orang yang sangat patuh kepada naskah. Jadi saya rasa dia akan memberikan hal yang konsisten dalam dua hari ini, tidak ada petunjuk-petunjuk baru, kejutan, atau semacamnya," kata John Doyle, Wakil Presiden Tempus Consulting yang berbasis di Washington DC, mengutip Reuters. 

Tidak adanya gebrakan dari Powell membuat dolar AS kehabisan bensin untuk menguat. Sebab, dolar AS sangat mengandalkan kebijakan moneter, utamanya kenaikan suku bunga yang agresif, agar bisa terapresiasi. 

Mengapa rupiah masih melemah? 

Kemungkinan ada dua penyebab. Pertama adalah sikap investor yang cenderung melepas aset-aset di pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 53,2 miliar yang berkontribusi kepada pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,49% pada pukul 09:19 WIB. 

Sepertinya investor mulai melakukan ambil untung setelah IHSG menguat signifikan selama pekan lalu. Dalam lima hari perdagangan pekan kemarin, IHSG melonjak 4,38%. Investor asing pun mencatatkan beli bersih Rp 678,4 miliar. Sepanjang Juli, IHSG menguat 1,23%. 

Angka-angka itu sepertinya mulai menggoda investor untuk merealisasikan keuntungan. Aksi ambil untung ini pun menjadi pemberat bagi IHSG, dan juga rupiah karena terjadi pelepasan terhadap aset-aset berbasis mata uang ini. 

Faktor kedua adalah investor mulai mempersiapkan diri untuk pengumuman suku bunga acuan. Bank Indonesia (BI) akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur pada 18-19 Juni dan pengumuman suku bunga acuan 7 day reverse repo rate dilakukan pada 19 Juni. 

The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi atau menjadi empat kali sepanjang 2018. Sikap The Fed yang cenderung hawkish memaksa bank sentral lain menerapkan kebijakan serupa, termasuk BI. Ini dilakukan agar Indonesia tidak 'ketinggalan kereta' dan tetap menarik di mata investor.

BI sendiri sudah menaikkan suku bunga acuan 100 basis poin sepanjang 2018, tetapi belum mampu membendung pelemahan rupiah yang sudah mencapai 5,7% sejak awal tahun. Oleh karena itu, sebagian pelaku pasar memperkirakan BI masih akan menaikkan suku bunga acuan, meski mungkin tidak dilakukan bulan ini. Harap-harap cemas pelaku pasar ini membuat rupiah juga tidak bergairah sehingga masih melemah di hadapan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular