
Masih Dibebani Data Perdagangan, IHSG Dibuka Turun 0,43%
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 July 2018 09:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,43% pada pagi hari ini ke level 5.879,54. Sebelumnya, bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi: indeks Strait Times naik 0,23%, indeks Nikkei naik 0,04%, indeks Kospi naik 0,04%, indeks Shanghai turun 0,25%, dan indeks Hang Seng turun 0,31%.
Data perdagangan internasional periode Juni masih membebani bursa saham dalam negeri. Sepanjang bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor tumbuh sebesar 11,47% YoY, sementara impor tumbuh sebesar 12,66% YoY. Kedua data tersebut lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, dimana para ekonom memperkirakan ekspor tumbuh 16,38% YoY, sementara impor diperkirakan melesat hingga 30,17% YoY.
Impor yang begitu lemah lantas membuat surplus neraca perdagangan diumumkan jauh lebih tinggi dari ekspektasi para ekonom (US$ 1,74 miliar vs. US$ 579,5 juta).
Lemahnya pertumbuhan ekspor dan impor menunjukkan lemahnya aktivitas ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Akibatnya, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah di level 5,4% kian mustahil untuk dicapai. Sebagai informasi, pemerintah memutuskan untuk tidak merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun fiskal 2017.
Dari sisi eksternal, risiko perang dagang kembali menyita perhatian investor. Dalam laporan World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) memperingatkan bahwa perang dagang antara AS dengan mitra dagangnya dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi global sebanyak 0,5% pada tahun 2020 atau sekitar US$ 430 miliar secara nominal.
Lembaga yang berbasis di Washington tersebut menyebut bahwa AS merupakan pihak yang paling rentan terhadap perang tarif yang kini sedang terjadi.
Belum lama ini, pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$ 200 miliar yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%. Sementara dengan Uni Eropa, mobil-mobil impor asal Benua Biru berpotensi dikenakan bea masuk tambahan oleh Trump.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Mengejutkan, Ekspor China Rontok 4% Lebih di Desember
Data perdagangan internasional periode Juni masih membebani bursa saham dalam negeri. Sepanjang bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor tumbuh sebesar 11,47% YoY, sementara impor tumbuh sebesar 12,66% YoY. Kedua data tersebut lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, dimana para ekonom memperkirakan ekspor tumbuh 16,38% YoY, sementara impor diperkirakan melesat hingga 30,17% YoY.
Impor yang begitu lemah lantas membuat surplus neraca perdagangan diumumkan jauh lebih tinggi dari ekspektasi para ekonom (US$ 1,74 miliar vs. US$ 579,5 juta).
Dari sisi eksternal, risiko perang dagang kembali menyita perhatian investor. Dalam laporan World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) memperingatkan bahwa perang dagang antara AS dengan mitra dagangnya dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi global sebanyak 0,5% pada tahun 2020 atau sekitar US$ 430 miliar secara nominal.
Lembaga yang berbasis di Washington tersebut menyebut bahwa AS merupakan pihak yang paling rentan terhadap perang tarif yang kini sedang terjadi.
Belum lama ini, pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$ 200 miliar yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%. Sementara dengan Uni Eropa, mobil-mobil impor asal Benua Biru berpotensi dikenakan bea masuk tambahan oleh Trump.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Mengejutkan, Ekspor China Rontok 4% Lebih di Desember
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular