
Rupiah Menguat Setelah Seharian Lesu, Apa Resepnya?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 July 2018 17:04

Kemungkinan kedua adalah faktor eksternal. Dolar AS sendiri memang sedang tertekan, terlihat dari Dollar Index yang melemah sampai 0,22% pada pukul 16:46 WIB.
Investor tengah menantikan rilis data penjualan ritel di AS periode Juni 2018. Konsensus pasar memperkirakan penjuala ritel tumbuh 3,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,9% YoY.
Selain itu, investor juga agak kecewa dengan pernyataan terbaru dari The Federal Reserve/The Fed. Dalam laporan tengah tahun kepada Kongres, The Fed mengulang kembali pernyataan akan menaikkan suku bunga secara gradual.
Lebih lanjut, The Fed menulis bahwa meski proyeksi ekonomi AS membaik tetapi tekanan inflasi belum terlalu besar. Oleh karena itu, The Fed sepertinya masih pada sikap (stance) menaikkan suku bunga secara bertahap, tidak ada kenaikan yang agresif.
The Fed hampir tidak menyinggung soal perang dagang. Namun The Fed menyatakan bahwa kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang proteksionis bisa menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan.
"Apa yang terjadi dalam jangka pendek ini pastinya tidak menggembirakan," ujar Robert Kaplan, Presiden The Fed Dallas, dikutip dari Reuters.
Sikap The Fed yang tidak memberi kejutan dan malah menyatakan ada risiko membebani laju dolar AS. Ditambah sikap wait and see menunggu rilis data penjualan ritel, pelaku pasar pun cenderung melepas greenback. Dolar AS pun menjadi melemah di Asia, termasuk terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Investor tengah menantikan rilis data penjualan ritel di AS periode Juni 2018. Konsensus pasar memperkirakan penjuala ritel tumbuh 3,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,9% YoY.
Selain itu, investor juga agak kecewa dengan pernyataan terbaru dari The Federal Reserve/The Fed. Dalam laporan tengah tahun kepada Kongres, The Fed mengulang kembali pernyataan akan menaikkan suku bunga secara gradual.
The Fed hampir tidak menyinggung soal perang dagang. Namun The Fed menyatakan bahwa kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang proteksionis bisa menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan.
"Apa yang terjadi dalam jangka pendek ini pastinya tidak menggembirakan," ujar Robert Kaplan, Presiden The Fed Dallas, dikutip dari Reuters.
Sikap The Fed yang tidak memberi kejutan dan malah menyatakan ada risiko membebani laju dolar AS. Ditambah sikap wait and see menunggu rilis data penjualan ritel, pelaku pasar pun cenderung melepas greenback. Dolar AS pun menjadi melemah di Asia, termasuk terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular