
Batu Bara Naik, Rupiah Melemah 0,13% terhadap Dolar Australia
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
13 July 2018 12:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah melanjutkan pelemahan terhadap dolar Australia selama 3 hari berturut-turut, dipicu kenaikan harga batu bara global yang terus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Pada Jumat (12/7/2018) pukul 11:44 WIB, AUD 1 dibanderol Rp 10.660,50. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Pelemahan ini mendorong harga jual dolar Australia kembali menembus di atas Rp 10.800/AUD. Berikut data perdagangan dolar Australia di beberapa bank nasional hingga pukul 12:20 WIB:
Penguatan dolar Australia kembali didorong oleh kenaikan harga komoditas batu bara global yang menyentuh rekor tertinggi sejak 2012. Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka diperdagangkan naik 0,13 % ke US$118,05/ton pada perdagangan Kamis.
Batu bara merupakan salah komoditas ekspor andalan Negeri Kangguru. Data Kementerian Perdagangan Australia 2017 memperlihatkan porsi ekspor batu bara terhadap ekspor nasional mencapai 14,5%.
Kenaikan harga batu bara global menyebabkan Australia mendapat berkah aliran valas menyusul kenaikan devisa dari hasil ekspor batu bara yang membesar. Kondisi ini pun semakin meyakinkan investor terhadap prospek ekonomi Australia pada kuartal II-2018.
Pada kuartal I-2018 saja, produk domestik bruto (PDB) Australia tumbuh 3,1% secara tahunan (year-on-year/YoY). Angka itu melampaui capaian periode sebelumnya yang hanya tumbuh 2,4%. Merujuk potensi devisa yang naik bisa jadi mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Meski Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga batu bara dunia, tetapi nilai ekspor kita lebih kecil karena produksi batu bara yang diekspor mayoritas adalah batu bara thermal berkadar kalori rendah dan berharga murah yang biasanya dibakar untuk memproduksi listrik.
Sementara, Australia memproduksi batu bara kokas yang berkalori tinggi dan berharga mahal karena banyak digunakan di industri metalurgi dan baja untuk memproduksi barang bernilai tabah.
Mengutip data WTEx, Australia tahun lalu memimpin dunia dengan meraup devisa ekspor dari batu bara senilai US$40,6 miliar, sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan nilai US$17,9 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Berkat China, Harga Batu Bara Melesat Nyaris 1% Pekan Ini
Pada Jumat (12/7/2018) pukul 11:44 WIB, AUD 1 dibanderol Rp 10.660,50. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
![]() |
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.392,00 | Rp 10.775,00 |
Bank BNI | Rp 10.513,00 | Rp 10.803,00 |
Bank BRI | Rp 10.548,93 | Rp 10.706,82 |
Bank BCA | Rp 10.505,00 | Rp 10.792,00 |
Penguatan dolar Australia kembali didorong oleh kenaikan harga komoditas batu bara global yang menyentuh rekor tertinggi sejak 2012. Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka diperdagangkan naik 0,13 % ke US$118,05/ton pada perdagangan Kamis.
Kenaikan harga batu bara global menyebabkan Australia mendapat berkah aliran valas menyusul kenaikan devisa dari hasil ekspor batu bara yang membesar. Kondisi ini pun semakin meyakinkan investor terhadap prospek ekonomi Australia pada kuartal II-2018.
Pada kuartal I-2018 saja, produk domestik bruto (PDB) Australia tumbuh 3,1% secara tahunan (year-on-year/YoY). Angka itu melampaui capaian periode sebelumnya yang hanya tumbuh 2,4%. Merujuk potensi devisa yang naik bisa jadi mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Meski Indonesia juga diuntungkan dari kenaikan harga batu bara dunia, tetapi nilai ekspor kita lebih kecil karena produksi batu bara yang diekspor mayoritas adalah batu bara thermal berkadar kalori rendah dan berharga murah yang biasanya dibakar untuk memproduksi listrik.
Sementara, Australia memproduksi batu bara kokas yang berkalori tinggi dan berharga mahal karena banyak digunakan di industri metalurgi dan baja untuk memproduksi barang bernilai tabah.
Mengutip data WTEx, Australia tahun lalu memimpin dunia dengan meraup devisa ekspor dari batu bara senilai US$40,6 miliar, sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dengan nilai US$17,9 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Berkat China, Harga Batu Bara Melesat Nyaris 1% Pekan Ini
Most Popular