Rupiah: Menguat di Kurs Acuan, Terbaik Asia di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 July 2018 10:40
Arus Modal Masih Masuk ke Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Dolar AS yang sempat tertekan mulai bangkit. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) menguat 0,04% pada pukul 10:15 WIB. 

Investor mulai mencerna pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Pengganti Janet Yellen ini mengatakan perekonomian Negeri Paman Sam akan terus membaik dengan dukungan stimulus fiskal seperti penurunan tarif pajak dan kenaikan belanja negara. 

"Ekonomi sudah berada di tempatnya. Saat pemerintah menurunkan tarif pajak dan menambah belanja, maka itu akan meningkatkan aktivitas ekonomi. Mungkin dampaknya akan terlihat setidaknya sampai tiga tahun ke depan," tutur Powell, dikutip dari Reuters. 

Pelaku pasar membaca pernyataan Powell bahwa perekonomian AS sudah semakin pulih dan akan terus terakselerasi. Artinya, The Fed sepertinya masih akan menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga agar tidak terjadi overheating. Bahkan mungkin akan ada kenaikan yang cukup agresif, misalnya empat kali sepanjang 2018. 

Sentimen ini menjadi pendorong penguatan dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat ekspektasi inflasi terjangkar sehingga nilai mata uang naik. Selain itu, kenaikan suku bunga juga akan memancing arus modal untuk datang karena mengharapkan keuntungan lebih. 

Namun rupiah masih bisa bertahan di teritori positif karena dukungan aliran modal masuk (capital inflows). Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 75,53 miliar pada pukul 10:24 WIB. Tampaknya koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 6,26% masih menarik bagi investor asing, karena harga aset di bursa saham domestik menjadi terjangkau.

Di pasar obligasi, masuknya aliran modal terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah. Untuk tenor 10 tahun, yield pada pukul 10:25 WIB berada di 7,48%. Turun dibandingkan posisi penutupan kemarin yaitu 7,525%. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

Seperti halnya di pasar saham, investor juga mulai masuk karena harga aset yang sudah lebih murah. Yield obligasi pemerintah sudah naik sejak 10 Juli, sehingga saat ini dinilai tepat untuk kembali melakukan aksi borong karena harga telah terjangkau.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga sepertinya masih aktif 'bergerilya' di pasar untuk stabilisasi nilai tukar. "Kami ready melakukan stabilisasi di pasar SBN (Surat Berharga Negara)," ujar Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular