
AS-China Berbalas Tarif Lagi, Bursa Saham Asia Anjlok
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 July 2018 17:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup melemah signifikan pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei melemah 1,19%, indeks Strait Times melemah 0,79%, indeks Kospi melemah 0,59%, indeks Shanghai anjlok 1,78%, dan indeks Hang Seng anjlok 1,29%.
Kembali memanasnya hubungan antara AS dengan China di bidang perdagangan telah membuat investor panik dan meninggalkan instrumen berisiko seperti saham. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa waktu setempat (10/7/2018) mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$200 miliar (Rp 2.875 triliun) yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%.
Hal tersebut merupakan respon AS terhadap tarif balasan dari China yang efektif berlaku pasca AS memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal Negeri Panda pada Jumat lalu (6/7/2018).
Beberapa produk yang kini disasar AS adalah barang-barang yang masuk dalam program Made in China 2025, sebuah rencana strategis Beijing untuk membuat China menjadi pemimpin industri-industri penting dunia, termasuk teknologi.
Bea masuk tersebut tidak akan segera berlaku namun akan melewati proses kajian selama dua bulan ke depan. Dengar pendapat dijadwalkan pada 20 Agustus hingga 23 Agustus.
China pun kembali tak tinggal diam. Pemerintahan China menyebut bahwa mereka terkejut dengan keputusan dari Washington dan memastikan bahwa akan ada serangan balasan.
Sejatinya, rilis data ekonomi pada hari ini terbilang positif. Di Jepang, pemesanan mesin oleh sektor swasta periode Mei naik hingga 16,5% YoY, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 8,6% YoY saja. Di Korea Selatan, tingkat pengangguran per bulan Juni diumumkan di level 3,7%, turun drastis dari posisi bulan Mei yang sebesar 4%.
Namun, sentimen perang dagang antara AS dengan China terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan.
(ank/hps) Next Article Perang Dagang Berkecamuk, Bursa Asia Merah Membara
Kembali memanasnya hubungan antara AS dengan China di bidang perdagangan telah membuat investor panik dan meninggalkan instrumen berisiko seperti saham. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa waktu setempat (10/7/2018) mengumumkan daftar barang-barang asal China senilai US$200 miliar (Rp 2.875 triliun) yang akan dikenakan bea masuk baru sebesar 10%.
Hal tersebut merupakan respon AS terhadap tarif balasan dari China yang efektif berlaku pasca AS memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal Negeri Panda pada Jumat lalu (6/7/2018).
Bea masuk tersebut tidak akan segera berlaku namun akan melewati proses kajian selama dua bulan ke depan. Dengar pendapat dijadwalkan pada 20 Agustus hingga 23 Agustus.
China pun kembali tak tinggal diam. Pemerintahan China menyebut bahwa mereka terkejut dengan keputusan dari Washington dan memastikan bahwa akan ada serangan balasan.
Sejatinya, rilis data ekonomi pada hari ini terbilang positif. Di Jepang, pemesanan mesin oleh sektor swasta periode Mei naik hingga 16,5% YoY, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 8,6% YoY saja. Di Korea Selatan, tingkat pengangguran per bulan Juni diumumkan di level 3,7%, turun drastis dari posisi bulan Mei yang sebesar 4%.
Namun, sentimen perang dagang antara AS dengan China terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perang Dagang Berkecamuk, Bursa Asia Merah Membara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular