Rupiah Menguat, IHSG Naik 1,14%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 July 2018 12:29
IHSG naik 1,14% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.759,52.
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,14% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.759,52. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham lainnya di kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,27%, indeks Hang Seng naik 1,5%, indeks Strait Times naik 1%, indeks Kospi naik 0,77%, indeks Shanghai naik 1,65%, indeks SET (Thailand) naik 0,58%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,41%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,2 triliun dengan volume sebanyak 4,57 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 200,784 kali.

Penguatan rupiah menjadi motor utama kenaikan IHSG. Hingga siang hari ini, rupiah menguat 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.335/dolar AS. Seiring dengan penguatan rupiah, saham-saham emiten perbankan diburu oleh investor; sektor jasa keuangan naik hingga 1,9%, terbesar dibandingkan 8 sektor penghuni IHSG lainnya.

Saham-saham emiten perbankan yang diburu investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA/ (+2,99%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,38%), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (+2,33%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,11%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,8%).

Belakangan, pelemahan rupiah sempat membuat investor takut bahwa rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) akan naik seperti pada tahun 2015 silam. Naiknya rasio NPL akan berdampak negatif bagi profitabilitas perbankan lantaran ada pencadangan yang harus disiapkan oleh mereka. Saham-saham perbankan pun dilepas oleh investor kala itu.

Ketika kini rupiah berbalik menguat, aksi beli kembali dilakukan oleh investor.

Mata uang Negeri Paman Sam memang sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh koreksi indeks dolar AS yang sebesar 0,14%. Pelemahan dolar AS dipicu oleh persepsi bahwa the Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali pada tahun ini, seiring dengan data tenaga kerja yang kurang mendukung.

Teranyar, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan angka pengangguran periode Juni naik menjadi 4%. Padahal, konsensus memperkirakan angkanya akan tetap di level 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian AS sejatinya belum panas-panas amat, sehingga the Fed tak perlu menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali.

Sentimen positif lainnya bagi IHSG datang dari ketakutan mengenai perang dagang yang sedang mereda. Pasalnya, hingga kini AS belum meluncurkan serangan balasan terhadap China. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk China senilai US$ 500 miliar jika Beijing meluncurkan aksi balasan atas kebijakan Washington yang pada Jumat lalu (6/7/2018) telah resmi memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal China.

Pemerintahan AS nampaknya masih pikir-pikir untuk mengenakan kebijakan balasan tersebut, mengingat besarnya nilai barang yang akan terdampak (US$ 500 miliar) bisa mengancam laju perekonomian kedua negara.
(ank/hps) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular