
Indeks Hang Seng Melesat, Indeks Shanghai Masih Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 July 2018 08:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka melemah tipis 0,06% ke level 2.745,68, sementara indeks Hang Seng dibuka menguat 1,03% ke level 28.606,16.
Sejumlah sentimen positif memang memberikan suntikan energi bagi bursa saham Benua Kuning dan hal ini mampu dimanfaatkan oleh indeks Hang Seng.
Pertama, AS belum meluncurkan serangan balasan bagi China dalam bidang perdagangan. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk China senilai US$ 500 miliar jika Beijing meluncurkan aksi balasan atas kebijakan Washington yang pada Jumat lalu (6/7/2018) telah resmi memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal China.
Pemerintahan AS nampaknya masih pikir-pikir untuk mengenakan kebijakan balasan tersebut. Pasalnya, besarnya nilai barang yang akan terdampak (US$ 500 miliar) benar-benar bisa mengancam laju perekonomian kedua negara.
Kedua, ada persepsi bahwa the Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali pada tahun ini. Persepsi ini timbul lantaran data tenaga kerja yang kurang mendukung.
Teranyar, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan angka pengangguran periode Juni naik menjadi 4%. Padahal, konsensus memperkirakan angkanya akan tetap di level 3,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian AS sejatinya belum panas-panas amat, sehingga the Fed tak perlu menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali. Ditengah risiko perang dagang yang masih mengintai, tingkat suku bunga acuan yang rendah memang menjadi opsi terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Di China sendiri, ada sentimen positif berupa kenaikan cadangan devisa. Sekitar 20 menit yang lalu, cadangan devisa per akhir Juni diumumkan di level US$ 3,11 triliun, di atas konsensus yang sebesar US$ 3,1 triliun.
Langkah pemerintah China untuk terus mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung nampaknya masih membuat pelaku pasar enggan menyentuh pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Damai Dagang Makin Pasti, Shanghai dan Hang Seng Menguat
Sejumlah sentimen positif memang memberikan suntikan energi bagi bursa saham Benua Kuning dan hal ini mampu dimanfaatkan oleh indeks Hang Seng.
Pertama, AS belum meluncurkan serangan balasan bagi China dalam bidang perdagangan. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk China senilai US$ 500 miliar jika Beijing meluncurkan aksi balasan atas kebijakan Washington yang pada Jumat lalu (6/7/2018) telah resmi memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal China.
Kedua, ada persepsi bahwa the Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali pada tahun ini. Persepsi ini timbul lantaran data tenaga kerja yang kurang mendukung.
Teranyar, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan angka pengangguran periode Juni naik menjadi 4%. Padahal, konsensus memperkirakan angkanya akan tetap di level 3,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian AS sejatinya belum panas-panas amat, sehingga the Fed tak perlu menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali. Ditengah risiko perang dagang yang masih mengintai, tingkat suku bunga acuan yang rendah memang menjadi opsi terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Di China sendiri, ada sentimen positif berupa kenaikan cadangan devisa. Sekitar 20 menit yang lalu, cadangan devisa per akhir Juni diumumkan di level US$ 3,11 triliun, di atas konsensus yang sebesar US$ 3,1 triliun.
Langkah pemerintah China untuk terus mengurangi tingkat utang sektor swasta yang menggunung nampaknya masih membuat pelaku pasar enggan menyentuh pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Damai Dagang Makin Pasti, Shanghai dan Hang Seng Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular