
Terkena Sentimen Perang Dagang, IHSG Merah Sepekan
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
07 July 2018 17:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) di awal bulan ini kurang impresif.
Pasalnya, selama sepekan ini saja, IHSG tercatat turun hingga 1,79%. Penurunan ini tidak lepas dari kuat sentimen negatif dari eksternal dan global.
Sementara itu di ASEAN, beberapa bursa saham seperti Strait Times Index (STI) di Singapura, Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) di Malaysia dan Phillipine Stock Exchange (PSE) di Filipina Lumpur juga berada di zona merah. Hanya bursa saham Thailand, The Stock Exchange of Thailand (SET) yang berada di zona hijau.
Dari sisi global, menguatnya tensi perang dagang menjadi salah satu penyebab jatuhnya IHSG. Saat ini perang dagang tidak hanya melibatkan Amerika Serikat (AS) dan China, namun juga Uni Eropa bahkan Indonesia. Awal mula terjadinya perang dagang saat Presiden AS Donald Trump mulai menunjukkan superioritasnya kepada negara negara lain.
Trump berani mengenakan bea masuk kepada produk-produk impor dari beberapa seperti China, Kanada hingga Uni Eropa. Pengenaan bea masuk ini dengan mempertimbangkan defisit perdagangan yang selama ini diderita oleh Negeri Paman Sam. China merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran utama pengenaan bea impor tersebut.
Pasalnya, tahun ini saja hingga Mei 2018, AS sudah mengalami defisit perdagangan sampai US$ 155,2 miliar. Angka tersebut meningkat hingga 9,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Maka tidaklah aneh, jika Presiden Trump kembali mengenakan bea masuk tambahan bagi produk-produk impor dari China.
Pada 6 juli lalu, Trump resmi memberlakukan bea masuk tambahan sebesar 25% untuk 818 produk China. China pun membalas dengan mengenakan bea masuk 25% untuk 659 produk AS. Aksi saling balas dendam ini pun membuat situasi ekonomi global kian tidak pasti. Akibatnya,kekhawatiran investor pun meningkat dan menyebabkan bursa saham di kawasan Asean termasuk Indonesia berguguran.
Di sisi lain, ancaman perang dagang mulai mendekati Indonesia. Sofjan Wanandi, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, yang mengungkapkan Trump akan mencabut sejumlah perlakukan khusus yang saat ini diberikan ke Indonesia.
"Trump sudah kasih warning ke kita karena kita surplus. Beberapa special treatment yang dia beri ke kita mau dia cabut, terutama untuk tekstil," katanya.
Ancaman ini seakan menjadi sinyal yang harus direspon dengan cermat. Jika sampai Trump betul betul mengenakan tarif impor kepada produk Indonesia, maka menjadi dampak buruk bagi pasar saham Indonesia.
Adanya perang dagang, berpotensi mendorong aliran hot money ke Indonesia surut. maka bukan tidak mungkin IHSG akan tetap bertahan di zona merah pada beberapa waktu kedepan.
Faktor Negatif dari Internal membuat IHSG semakin terjerembab
Belum cukup dari eksternal, faktor dari internal pun ikut menjadi salah satu penyebab IHSG turun. Proyeksi Bank Indonesia (BI) bahwa defisit transaksi berjalan di kuartal II-2018 akan semakin melebar. Diperkirakan, defisit transaksi berjalan pada periode tersebut sebesar 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika prediksi ini benar, maka defisit tersebut lebih besar dibandingkan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,15% dari PDB.
IHSG pun kembali diterpa sentimen dari rilis data cadangan devisa per Juni 2018. BI merilis angka cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2018 sebesar US$ 119,8 miliar. Angka ini turun US$ 3,1 miliar dari posisi akhir Mei 2018. Penurunan ini tidak lepas dari upaya bank sentral dalam melakukan stabilitasi nilai tukar di dalam negeri.
Di sisi lain, berkurangnya cadangan devisa tidak lepas dari kinerja perdagangan Indonesia yang masih kurang baik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Mei 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan sekitar US$ 1,5 miliar.
Defisit ini pun semakin menambah kekhawatiran investor. Pasalnya, pada sepekan kemarin saja aliran hot money yang keluar mencapai Rp 1,32 triliun. Dengan kondisi faktor eksternal dan internal yang begitu kuat, membuat aliran modal asing tidak betah di Indonesia. Akibatnya IHSG pun terjerembab pada pekan ini.
(ray) Next Article Kinerja Pasar Saham Domestik Terpengaruh Wall Street
Pasalnya, selama sepekan ini saja, IHSG tercatat turun hingga 1,79%. Penurunan ini tidak lepas dari kuat sentimen negatif dari eksternal dan global.
![]() |
Sementara itu di ASEAN, beberapa bursa saham seperti Strait Times Index (STI) di Singapura, Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) di Malaysia dan Phillipine Stock Exchange (PSE) di Filipina Lumpur juga berada di zona merah. Hanya bursa saham Thailand, The Stock Exchange of Thailand (SET) yang berada di zona hijau.
![]() |
Dari sisi global, menguatnya tensi perang dagang menjadi salah satu penyebab jatuhnya IHSG. Saat ini perang dagang tidak hanya melibatkan Amerika Serikat (AS) dan China, namun juga Uni Eropa bahkan Indonesia. Awal mula terjadinya perang dagang saat Presiden AS Donald Trump mulai menunjukkan superioritasnya kepada negara negara lain.
Pasalnya, tahun ini saja hingga Mei 2018, AS sudah mengalami defisit perdagangan sampai US$ 155,2 miliar. Angka tersebut meningkat hingga 9,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Maka tidaklah aneh, jika Presiden Trump kembali mengenakan bea masuk tambahan bagi produk-produk impor dari China.
Pada 6 juli lalu, Trump resmi memberlakukan bea masuk tambahan sebesar 25% untuk 818 produk China. China pun membalas dengan mengenakan bea masuk 25% untuk 659 produk AS. Aksi saling balas dendam ini pun membuat situasi ekonomi global kian tidak pasti. Akibatnya,kekhawatiran investor pun meningkat dan menyebabkan bursa saham di kawasan Asean termasuk Indonesia berguguran.
Di sisi lain, ancaman perang dagang mulai mendekati Indonesia. Sofjan Wanandi, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, yang mengungkapkan Trump akan mencabut sejumlah perlakukan khusus yang saat ini diberikan ke Indonesia.
"Trump sudah kasih warning ke kita karena kita surplus. Beberapa special treatment yang dia beri ke kita mau dia cabut, terutama untuk tekstil," katanya.
Ancaman ini seakan menjadi sinyal yang harus direspon dengan cermat. Jika sampai Trump betul betul mengenakan tarif impor kepada produk Indonesia, maka menjadi dampak buruk bagi pasar saham Indonesia.
Adanya perang dagang, berpotensi mendorong aliran hot money ke Indonesia surut. maka bukan tidak mungkin IHSG akan tetap bertahan di zona merah pada beberapa waktu kedepan.
Faktor Negatif dari Internal membuat IHSG semakin terjerembab
Belum cukup dari eksternal, faktor dari internal pun ikut menjadi salah satu penyebab IHSG turun. Proyeksi Bank Indonesia (BI) bahwa defisit transaksi berjalan di kuartal II-2018 akan semakin melebar. Diperkirakan, defisit transaksi berjalan pada periode tersebut sebesar 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika prediksi ini benar, maka defisit tersebut lebih besar dibandingkan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,15% dari PDB.
IHSG pun kembali diterpa sentimen dari rilis data cadangan devisa per Juni 2018. BI merilis angka cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2018 sebesar US$ 119,8 miliar. Angka ini turun US$ 3,1 miliar dari posisi akhir Mei 2018. Penurunan ini tidak lepas dari upaya bank sentral dalam melakukan stabilitasi nilai tukar di dalam negeri.
Di sisi lain, berkurangnya cadangan devisa tidak lepas dari kinerja perdagangan Indonesia yang masih kurang baik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Mei 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan sekitar US$ 1,5 miliar.
Defisit ini pun semakin menambah kekhawatiran investor. Pasalnya, pada sepekan kemarin saja aliran hot money yang keluar mencapai Rp 1,32 triliun. Dengan kondisi faktor eksternal dan internal yang begitu kuat, membuat aliran modal asing tidak betah di Indonesia. Akibatnya IHSG pun terjerembab pada pekan ini.
(ray) Next Article Kinerja Pasar Saham Domestik Terpengaruh Wall Street
Most Popular