
Industri Inggris Cerah, Poundsterling Menguat Terhadap Rupiah
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
05 July 2018 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak melemah terhadap poundsterling pada siang ini. Sentimen pelemahan datang dari rilis data terbaru industri jasa di Negeri Ratu Elizabeth. Pada Kamis (28/06/2018) pukul 14:35 WIB, GBP1 dibanderol Rp 19.051,49.
Rupiah melemah 0,38% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan ini mendorong harga jual poundsterling menembus diatas posisi Rp 19.300. Berikut data perdagangan di beberapa bank nasional pukul 14:00 WIB:
Sektor industri jasa di Inggris sedang memiliki prospek cerah. Ini didasari survei terbaru perkembangan sektor tersebut per Juni 2018. Indeks CIPS Service PMI Juni tercatat pada 55,1, atau lebih tinggi dari perkiraan sebesar 54.
Posisi ini tertinggi sejak Oktober 2017. Peningkatan sektor jasa menjadi keuntungan tersendiri untuk Inggris.
Pasalnya, sektor tersebut menjadi kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB), mencapai 80%. Kenaikan sektor ini tentunya memunculkan ekspektasi ekonomi akan tumbuh lebih cepat pada kuartal II.
Pada kuartal I-2018, PDB hanya tumbuh 1,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) atau cenderung stagnan. Dengan kondisi sektor jasa yang tumbuh, bukan tidak mungkin pertumbuhan PDB pada kuartal II akan meningkat.
Hal ini menjadi sentimen positif bagi investor di pasar, sehingga mendorong sterling menguat. Di sisi lain, minimnya sentimen positif dari domestik membuat rupiah tidak berdaya.
Meski Bank Indonesia (BI) telah memberikan jamu kuat berupa kenaikan suku bunga acuan, hal tersebut belum mampu memompa penguatan rupiah. Belum lagi proyeksi defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 sebesar 2,5% dari PDB yang membuat rupiah semakin tertekan. Akibatnya rupiah pun tidak berdaya di hadapan poundsterling.
Rupiah melemah 0,38% dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
![]() |
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 18.697,00 | Rp 19.179,00 |
Bank BNI | Rp 18.844,00 | Rp 19.301,00 |
Bank BRI | Rp 18.926,50 | Rp 19.163,23 |
Bank BCA | Rp 18.751,00 | Rp 19.217,00 |
Sektor industri jasa di Inggris sedang memiliki prospek cerah. Ini didasari survei terbaru perkembangan sektor tersebut per Juni 2018. Indeks CIPS Service PMI Juni tercatat pada 55,1, atau lebih tinggi dari perkiraan sebesar 54.
Posisi ini tertinggi sejak Oktober 2017. Peningkatan sektor jasa menjadi keuntungan tersendiri untuk Inggris.
Pasalnya, sektor tersebut menjadi kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB), mencapai 80%. Kenaikan sektor ini tentunya memunculkan ekspektasi ekonomi akan tumbuh lebih cepat pada kuartal II.
Pada kuartal I-2018, PDB hanya tumbuh 1,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) atau cenderung stagnan. Dengan kondisi sektor jasa yang tumbuh, bukan tidak mungkin pertumbuhan PDB pada kuartal II akan meningkat.
Hal ini menjadi sentimen positif bagi investor di pasar, sehingga mendorong sterling menguat. Di sisi lain, minimnya sentimen positif dari domestik membuat rupiah tidak berdaya.
Meski Bank Indonesia (BI) telah memberikan jamu kuat berupa kenaikan suku bunga acuan, hal tersebut belum mampu memompa penguatan rupiah. Belum lagi proyeksi defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 sebesar 2,5% dari PDB yang membuat rupiah semakin tertekan. Akibatnya rupiah pun tidak berdaya di hadapan poundsterling.
(hps/hps) Next Article Ekonomi Inggris Melemah, Rupiah Menguat Lawan Poundsterling
Most Popular