
Tak Hanya di Pasar Spot, Rupiah Juga Lesu di Kurs Acuan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 July 2018 10:30

Investor cenderung menghindari aset-aset berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pasalnya, besok akan menjadi babak baru perang dagang AS vs China.
Mulai 6 Juli, AS akan mengenakan bea masuk 25% kepada 818 produk China. Beijing pun siap membalas dengan memberlakukan bea masuk 25% untuk 659 produk Negeri Paman Sam.
Perang dagang akan membuat prospek pertumbuhan ekonomi global dipertaruhkan. Ketegangan ini tentu menciptakan ketidakpastian di pasar. Hal yang paling dibenci investor adalah ketidakpastian.
Selain perang dagang, investor juga cenderung wait and see karena beberapa rilis utama di AS. Jumat dini hari nanti, The Federal Reserve/The Fed akan mengeluarkan risalah rapat (minutes of meeting) edisi Juni 2018.
Dari risalah ini, investor akan membaca arah kebijakan moneter AS ke depan. Pasar akan mencari petunjuk-petunjuk yang diberikan The Fed, terutama soal kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih agresif.
Selain itu, pada akhir pekan nanti akan dirilis data ketenagakerjaan AS. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Mei sebesar 3,8%. Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Situasi pasar tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter.
Perkembangan ini tidak hanya membuat investor enggan masuk ke Indonesia, tetapi juga negara-negara di Asia. Akibatnya, mata uang Asia pun kurang bertaji di hadapan greenback.
Berikut perkembangan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:22, mengutip Reuters:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Mulai 6 Juli, AS akan mengenakan bea masuk 25% kepada 818 produk China. Beijing pun siap membalas dengan memberlakukan bea masuk 25% untuk 659 produk Negeri Paman Sam.
Perang dagang akan membuat prospek pertumbuhan ekonomi global dipertaruhkan. Ketegangan ini tentu menciptakan ketidakpastian di pasar. Hal yang paling dibenci investor adalah ketidakpastian.
Dari risalah ini, investor akan membaca arah kebijakan moneter AS ke depan. Pasar akan mencari petunjuk-petunjuk yang diberikan The Fed, terutama soal kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih agresif.
Selain itu, pada akhir pekan nanti akan dirilis data ketenagakerjaan AS. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Mei sebesar 3,8%. Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Situasi pasar tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter.
Perkembangan ini tidak hanya membuat investor enggan masuk ke Indonesia, tetapi juga negara-negara di Asia. Akibatnya, mata uang Asia pun kurang bertaji di hadapan greenback.
Berikut perkembangan sejumlah mata uang utama Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:22, mengutip Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 110,36 | +0,08 |
Yuan China | 6,64 | -0,15 |
Won Korea Selatan | 1.118,90 | -0,33 |
Dolar Taiwan | 30,55 | -0,18 |
Rupee India | 68,68 | -0,20 |
Dolar Singapura | 1,36 | -0,05 |
Baht Thailand | 33,22 | -0,21 |
Peso Filipina | 53,45 | -0,15 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular