
'Dolar AS Masih Akan Volatile dan Bisa Tambah Liar'
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 July 2018 17:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) semakin menunjukkan keperkasaannya terhadap nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda terombang ambing, hingga sempat menembus level Rp 14.450/US$ pada hari ini, Selasa (3/7/2018).
Kalangan ekonom pun menyebut kondisi nilai tukar rupiah sudah semakin terlempar jauh dari fundamentalnya (overshoot). Lantas, apakah rupiah akan kembali melewati level di atas Rp 14.450/US$?
"Sekarang sudah sangat murah, dan overshoot. Saya kira masih akan volatile," ungkap Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018).
Menurut David, nilai tukar rupiah bisa saja menguat, asalkan sentimen perang dagang antara AS dan China mereda. Namun jika tidak, maka akan ada potensi pelemahan lanjutan.
Apalagi, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 diperkirakan akan mengarah ke level 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Ini yang menjadi alasan, rupiah cukup rentan terhadap sentimen eksternal.
"Bisa jadi akan semakin bergerak liar. Ini yang harus menjadi kewaspadaan, Kondisi kita ini berbeda dengan Thailand dan Malaysia yang CAD-nya surplus," katanya.
Hal senada turut dikemukakan Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja. Menurut dia, kemungkinan keperkasaan dolar AS terus menguat masih bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
"Anything is possible, karena ada ketakutan. Kalau saya melihat, fair rupiah itu Rp 14.200 - Rp 14.250 sampai akhir tahun. Tapi itu belum, karena kami masih akan lihat lagi," katanya.
(dru/dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Kalangan ekonom pun menyebut kondisi nilai tukar rupiah sudah semakin terlempar jauh dari fundamentalnya (overshoot). Lantas, apakah rupiah akan kembali melewati level di atas Rp 14.450/US$?
"Sekarang sudah sangat murah, dan overshoot. Saya kira masih akan volatile," ungkap Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/7/2018).
Apalagi, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 diperkirakan akan mengarah ke level 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Ini yang menjadi alasan, rupiah cukup rentan terhadap sentimen eksternal.
"Bisa jadi akan semakin bergerak liar. Ini yang harus menjadi kewaspadaan, Kondisi kita ini berbeda dengan Thailand dan Malaysia yang CAD-nya surplus," katanya.
Hal senada turut dikemukakan Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja. Menurut dia, kemungkinan keperkasaan dolar AS terus menguat masih bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
"Anything is possible, karena ada ketakutan. Kalau saya melihat, fair rupiah itu Rp 14.200 - Rp 14.250 sampai akhir tahun. Tapi itu belum, karena kami masih akan lihat lagi," katanya.
(dru/dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular