Melemah di Pasar Spot, Rupiah Melaju Kencang di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 July 2018 10:28
Melemah di Pasar Spot, Rupiah Melaju Kencang di Kurs Acuan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan bergerak menguat. Sementara di pasar spot, rupiah masih justru melemah meski agak tertolong arus modal masuk. 

Pada Senin (2/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.331. Rupiah menguat lumayan signifikan yaitu 0,51%. 

Kurs Jisdor sepertinya masih merespons rupiah saat pembukaan di pasar spot. Pagi tadi, US$ 1 kala pembukaan pasar berada di Rp 14.250. Rupiah menguat 0,52% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Namun seiring perjalanan pasar, rupiah bergerak seperti galau. Pada pukul 08:20 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.295. Rupiah masih menguat, tetapi tinggal 0,21%. 

Pada pukul 08:46 WIB, rupiah bahkan berbalik melemah 0,03%. Dolar AS sudah kembali menembus kisaran Rp 14.300, tepatnya di Rp 14.330. 

Lalu pada pukul 08:54 WIB, rupiah kembali menguat 0,03% dan dolar AS diperdagangkan di Rp 14.320. 
Terakhir pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.345. Rupiah kali ini melemah 0,14%. 

Rupiah seperti terombang-ambing di antara sentimen positif di dalam negeri dan sentimen negatif eksternal. Dari dalam negeri, sebenarnya rupiah terbantu dengan langkah Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan. 

Akhir pekan lalu, BI memutuskan untuk menaikkan 7 day reverse repo rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%. Lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kenaikan 25 basis poin ke 5%. 

Kebijakan ini mampu menarik arus modal asing ke pasar keuangan domestik. Pada pukul 10:10 WIB, investor asing membukukan beli bersih Rp 139,85 miliar di pasar saham.  

Sementara di pasar obligasi, masuknya arus modal tercermin dari penurunan imbal hasil (yield). Pada pukul 10:11 WIB, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun tercatat di 7,739%. Turun dibandingkan penutupan akhir pekan lalu yaitu 7,803%. 

Namun di sisi lain, dolar AS juga tengah perkasa. Pada pukul 10:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama), menguat 0,12%. Padahal sampai dini hari tadi, indeks ini sempat melemah sampai nyaris 1%. 

Setelah sempat diabaikan, investor kini kembali melirik rilis data terbaru di Negeri Paman Sam yaitu indeks Personal Consumption Expenditure (PCE). Pada Mei 2018, PCE meningkat 2,3% secara year-on-year (YoY), tertinggi sejak Maret.  

Kemudian indeks PCE inti (di luar komponen volatile food dan energi) naik 2% YoY,  tertinggi sejak April 2012. Sebagai catatan, indeks PCE inti merupakan alat utama The Federal Reserve/The Fed untuk mengukur inflasi.  

PCE inti kini telah menyentuh target The Fed yaitu 2%. Ini merupakan kali pertama PCE inti mencapai target dalam enam tahun terakhir. 

Pelaku pasar pun kemudian semakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali sepanjang 2018, atau dua kali lagi. Lebih banyak ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. Ini menjadi bahan bakar baru bagi dolar AS untuk kembali menguat. 

Apresiasi dolar AS pun menyebar hingga Asia. Rupiah masih tertolong arus modal masuk sehingga depresiasinya tidak terlampau dalam.  

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 10:16 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110,95-0,26
Yuan China6,63-0,23
Won Korea Selatan1.1167,30-0,30
Dolar Taiwan30,45+0,04
Rupee India68,45+0,55
Dolar Singapura1,36-0,14
Ringgit Malaysia4,04+0,02
Baht Thailand33,09-0,21
Peso Filipina53,36-0,09
  
TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular