Selama Transaksi Berjalan Defisit, Rupiah Akan Terus Tertekan

Roy Franedya, CNBC Indonesia
30 June 2018 11:26
Fuad Bawazier meminta pemerintah tidak melulu menyalahkan faktor global. Pelemahan rupiah karena neraca dagang defisit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengamat ekonomi Fuad Bawazier memprediksi tekanan pada rupiah belum akan berkurang. Bahkan sepanjang 2018 rupiah cenderung akan melemah dan pada waktu-waktu tertentu rupiah menguat sementara.

"Rupiah kalau Menguat sifatnya sementara saja misalnya karena bunga rupiah (bunga acuan) dinaikkan atau dolar AS pas melemah karena faktor yang tidak ada hubungannya dengan ekonomi Indonesia, atau karena sedang ada intervensi di pasar valas oleh BI dan lain-lain," ujar Fuad Bawazier, Sabtu (30/6/2018).

Semua "obat kuat" itu bukan tidak berisiko. Naikkan bunga akan memberatkan perekonomian Indonesia dan semakin sulit bersaing dengan negara lain. Intervensi valas akan menggerus cadangan devisa RI.

Fuad mengatakan Inti pelemahan rupiah adalah pasokan atau supply dolar AS ke ekonomi Indonesia lebih kecil dari permintaan atau kebutuhan dolar. Dalam bahasa ekonomi karena defisit transaksi berjalan tahun ini diperkirakan US$25 miliar.

"Defisit atau ketekoran inilah sumber utama melemahnya rupiah terhadap dolar. Jadi jangan bingung atau terus menerus menyalahkan ekonomi global dan sebagainya. Defisit transaksi berjalan ini terjadi karena Neraca Perdagangan (ekspor minus impor barang dagangan) kita defisit," jelas Fuad.

Neraca Transaksi Jasa juga defisit. Pemerintah mencoba menutupi defisit valas ini dengan banyak cara antara lain dengan menarik utang valas atau hot money lainnya. Tetapi Ini bukan cara yang sehat dan bahkan bisa semakin terjerumus. Fundamental ekonomi yang lemah ini juga diikuti dengan defist APBN.

"Jadi praktis ekonomi Indonesia ini defisit atau tekor dari semua jurusan. Utang valas pemerintah dan swasta termasuk BUMN yang konsisten naik tajam juga mulai mengkhawatirkan kreditur pada umumnya bahwa jangan-jangan kedepannya Indonesia akan kesulitan atau gagal bayar utang," tambah Fuad.

Fuad menambahkan pasar juga melihat ketergantungan ekonomi Indonesia pada barang impor terutama pangan dan energi yang mau tidak mau akan membutuhkan valas. Jika ingin "melihat" bagaimana lemahnya APBN Indonesia dan ketergantungan pada impor ada dua (dua) pertanyaan atau alat uji sederhana yang diajukan Fuad. Yaitu:
  1. Apakah APBN bisa berjalan bila pemerintah tidak menarik utang baru dalam 2-3 bulan saja? Saya kira roda pemerintahan atau APBN akan collapse tanpa utang baru.
  2. Atau mampukah kita menyetop impor gandum yg defacto sdh menjadi pengganti pangan beras? Sy kira rakyat akan kesulitan atau bahkan "kelaparan".
"Jadi Bagaimana dengan Kemandirian ekonomi yang dijanjikan pemerintah Jokowi? Saya kira sedang berjalan sebaliknya," terang Fuad.



(roy/roy) Next Article Berencana Liburan ke Singapura, Begini Nilai Tukar Kurs-nya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular