Masa Singkat Jabatan Tito yang Penuh Kejutan

Arif Gunawan & Monica Wareza, CNBC Indonesia
29 June 2018 13:53
Pidato tegas Tito Sulistio, yang hari itu menjadi hari terakhirnya bertugas sebagai Direktur Utama BEI berujung pada keharuan.
Foto: CNBC Indonesia/Monica Wareza
Jakarta, CNBC Indonesia - Siang kemarin suasana di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI) berubah drastis. Pidato tegas Tito Sulistio, yang hari itu menjadi hari terakhirnya bertugas sebagai Direktur Utama BEI berujung pada keharuan.

Beberapa karyawan terlihat tak kuasa menitikkan air mata ketika Tito menyerahkan barang-barang pribadi yang sehari-hari dikenakannya selama berdinas, kepada karyawan-karyawannya sebagai ucapan selamat tinggal.
Masa Singkat Jabatan Tito yang Penuh KejutanFoto: CNBC Indonesia/Monica Wareza

Sebelumnya, sekitar 400 orang karyawan BEI hadir di ruangan itu mendengarkan pidato Tito, yang di kalangan jurnalis memang dikenal paling piawai di atas podium dibandingkan dengan bos-bos BEI terdahulu.

Dalam perpisahan tersebut, Tito memaparkan pencapaian-pencapaian selama 3 tahun dia memimpin. Program Yuk Nabung Saham (YNS), promosi investasi generik di pasar modal yang diinisiasi direktur pengembangan Nicky Hogan menjadi salah satu bahasan.

Secara simbolik, perpisahan itu juga menjadi penanda Tito meninggalkan industri pasar modal, karena dia tidak lagi aktif dalam dunia broker, atau di lingkungan otoritas bursa, karena kemudian berlabuh di sektor riil, sebagai komisaris PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).

Sebagai generasi pertama yang ikut membangun bursa, kemarin menjadi hari terakhir pencapaian tertinggi di pasar modal yang diraih pria kelahiran Bogor, 63 tahun silam itu. Dia pernah CEO Penta Group Indonesia, komisaris PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), direktur utama PT Bursa Efek Surabaya (BES), dan komisaris PT Bursa Paralel Indonesia (BPI).

Dia juga pernah menjadi direktur keuangan CMNP, managing director PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI), direktur PT Media Investor Online (Grup Investor Daily), CEO PT Media Nusantara Citra Networks, dan komisaris PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).

Namun, posisi sebagai sesepuh pasar modal bukanlah jaminan mulusnya Tito merealisasikan programnya. PR-nya dan tim direksi saat itu masih banyak. Misalnya, keinginan menggaet calon emiten asing mencatatkan sahamnya di Indonesia sampai saat ini belum juga tercapai.

Pencapaian Tito menorehkan rekor IPO pada 2017 silam sebanyak 37 emiten baru justru mendapat kritikan karena di antara puluhan emiten pendatang baru itu tidak ada satupun di antaranya yang merupakan perusahaan raksasa.

Namun dari sisi peningkatan jumlah investor dan transaksi, Tito terhitung sukses memutus kutukan yang dihadapi direksi bursa di masa lalu, yakni jumlah investor yang sulit bertambah melewati angka sejuta.

Jumlah investor, saaat ini yang tercermin dari jumlah single investor identification (SID) naik menjadi 1,3 juta akun, dibandingkan dengan 894.116 sub rekening pada 2016 sebelum dia menjabat.
Masa Singkat Jabatan Tito yang Penuh KejutanSumber: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia

Keberhasilan itu dicapai lewat pendirian Galeri Investasi di 300 titik, pembukaan 30 Kantor Perwakilan BEI di seluruh Indonesia, dan Pusat Informasi Go Public. Jumlah Galeri Investasi di perguruan tinggi memang masih di bawah target 400 titik, tetapi terhitung masih naik dibandingkan dengan posisi 2016 sebesar 250 titik.

Nilai transaksi pun cukup mengejutkan. Nilai perdagangan harian naik hingga hampir Rp 9 triliun, dari posisi sebelumnya Rp 6 triliun. Meski demikian, capaian itu masih jauh dari target yang dipatok Tito sebesar Rp 15 triliun per hari.

Dari sisi kapitalisasi pasar, kinerja Tito juga pantas diapresiasi. Jumlahnya naik dari Rp 5.753 triliun pada penghujung 2016 menjadi Rp 7.052 triliun pada akhir 2017, meski lagi-lagi target dia (kapitalisasi pasar senilai Rp 10.000 triliun pada 2018) juga kandas.
Masa Singkat Jabatan Tito yang Penuh KejutanSumber: PT Bursa Efek Indonesia
Namun sayangnya, sepanjang 2018, pasar saham turun drastis dan kehilangan kapitalisasi pasar senilai Rp 680,11 triliun hingga tersisa menjadi Rp 6.327 triliun. Penurunan indeks saham Indonesia ke level terendah sejak 19 Mei 2017 yang terjadi kemarin itu lebih dipengaruhi kondisi global.

Menutup masa jabatannya yang hanya sekali periode itu, bisa dipahami kenapa Tito menuliskan kuotasi kata-kata yang terpampang di papan Main Hall Bursa Efek Indonesia kemarin, "Please excuse me. I'm sorry. Thank you."

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article BEI Targetkan Transaksi Harian di Bursa Capai Rp 9 T di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular