Rupiah Masih Akan Terus Anjlok Karena Hal-hal Ini
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
29 June 2018 10:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal II-2018 diperkirakan mengarah ke level 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Rupiah, diperkirakan masih akan mengalami tekanan.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, proyeksi pelebaran defisit tersebut tak lepas dari neraca perdagangan Indonesia yang dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami defisit.
"Defisit transaksi berjalan kuartal II-2018 mengarah ke level 3% PDB," kata David saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Jumat (29/6/2018).
Seperti diketahui, dalam lima bulan terakhir, neraca perdagangan indonesia sudah mengalami defisit sebanyak 4 kali. Kinerja ini merupakan yang terburuk sejak periode 2013 lalu.
Menurut David, tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan terus berlanjut, seiring dengan belum berakhirnya ketidakpastian global yang bersumber dari sentimen perang dagang dan kebijakan The Fed.
"Pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada isu perang dagang," katanya.
Hal senada turut dikemukakan Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurut dia, potensi adanya pelebaran CAD memang menjadi perhatian pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan.
Namun, sentimen perang dagang dianggap akan jauh lebih mendominasi pergerakan terhadap nilai tukar. Pasalnya, retaliasi antara kedua negara berpotensi memicu adanya perang mata uang.
"Isu perang dagang bisa mendorong kepada currency war, karena akan berdampak langsung. China sekarang mulai melemahkan mata uangnya, supaya ekspor tetap positif. Ini akan berdampak kepada yang lainnya, termasuk rupiah," katanya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah pada hari ini sempat menembus level Rp 14.400/US$. Meski demikian, pada pukul 10:00 WIB, rupiah berbalik menguat 0,17% ke leve Rp 14.360/US$.
(dru) Next Article Ini yang Harus Diperbaiki RI untuk Benahi CAD
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, proyeksi pelebaran defisit tersebut tak lepas dari neraca perdagangan Indonesia yang dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami defisit.
"Defisit transaksi berjalan kuartal II-2018 mengarah ke level 3% PDB," kata David saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Jumat (29/6/2018).
Menurut David, tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan terus berlanjut, seiring dengan belum berakhirnya ketidakpastian global yang bersumber dari sentimen perang dagang dan kebijakan The Fed.
"Pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada isu perang dagang," katanya.
Hal senada turut dikemukakan Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurut dia, potensi adanya pelebaran CAD memang menjadi perhatian pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan.
Namun, sentimen perang dagang dianggap akan jauh lebih mendominasi pergerakan terhadap nilai tukar. Pasalnya, retaliasi antara kedua negara berpotensi memicu adanya perang mata uang.
"Isu perang dagang bisa mendorong kepada currency war, karena akan berdampak langsung. China sekarang mulai melemahkan mata uangnya, supaya ekspor tetap positif. Ini akan berdampak kepada yang lainnya, termasuk rupiah," katanya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah pada hari ini sempat menembus level Rp 14.400/US$. Meski demikian, pada pukul 10:00 WIB, rupiah berbalik menguat 0,17% ke leve Rp 14.360/US$.
(dru) Next Article Ini yang Harus Diperbaiki RI untuk Benahi CAD
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular