China Tolak Kebijakan AS, Bursa Saham Asia Bervariasi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2018 17:33
Bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini: indeks Hang Seng naik 0,5%, indeks Strait Times naik 0,09%, indeks Nikkei turun 0,01%, indeks Shanghai turun 0,97%, dan indeks Kospi turun 1,19%.

Tensi yang kembali memanas antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia yakni Amerika Serikat dan China menjadi perhatian utama dari investor. Pemerintahan AS kemarin (27/6/2018) mengeluarkan kebijakan guna memperketat investasi perusahaan asal China pada perusahaan teknologi AS.

Pemerintah AS memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment in the United States (CFIUS) guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam dengan dasar keamanan nasional.

Menggunakan kerangka baru yang diperkuat, kini komite tersebut bisa memblokir joint venture antara perusahaan asal China dengan AS jika menyangkut teknologi yang dianggap penting. Sebelumnya, komite bisa memblokir rencana akuisisi oleh pihak China namun tak bisa memblokir joint venture antar keduanya.

Kebijakan ini tak direspon enteng oleh pihak China. Kementerian Perdagangan China mengungkapkan bahwa pihaknya tidak setuju terhadap penggunaan alasan keamanan nasional untuk membatasi investasi asing.

"China akan memonitor secara ketat proses legislasi dan mengevaluasi dampaknya bagi perusahaan-perusahaan asal China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari Reuters.

"China tak setuju dengan (AS) membatasi investasi asing menggunakan keamanan nasional sebagai alasannya."

Ketidaksetujuan dari China bisa jadi berbuah kebijakan balasan dalam waktu dekat. Kini, perang dagang dan investasi antar kedua negara benar-benar menjadi ancaman bagi sektor riil.

Kemudian, ketidakpastian juga datang dari Korea Utara. Terlepas dari perjanjiannya dengan AS untuk melakukan denuklirisasi, terdapat indikasi bahwa Korea Utara justru meningkatkan kapasitas dari fasilitas penelitian nuklir yang dimilikinya secara signifikan.

Informasi ini diketahui dari foto satelit yang didapatkan oleh 38 North, sebuah proyek asal AS yang bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai pihak yang sudah lama mengamati Korea Utara.

"Pembangunan infrastruktur berlanjut di Yongbyon (satu-satunya fasilitas penelitian nuklir milik Korea Utara yang diketahui)," papar Redaktur Pelaksana 38 North Jenny Town melalui akun Twitter.
(ank/hps) Next Article AS-China Makin Panas, Bursa Asia Kian Terjebak di Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular