
Ekspansi Bisnis, Indah Kiat Bangun Pabrik Kemasan Rp 8,52 T
Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 June 2018 15:50

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) berencana mendirikan pabrik kemasan (packaging) di kawasan Karawang Jawa Barat dengan nilai investasi mencapai US$ 600 juta atau Rp 8,52 triliun.
Direktur INKP Kurniawan Yuwono mengatakan, memiliki kapasitas produksi kertas coklat (kardus) sebanyak 750 ribu ton per tahunnya yang diperkirakan rampung pada 2020 mendatang.
"Pertumbuhan packaging itu diperkirakan tumbuh 4% mulai tahun 2016-2020, ditambah dengan tingginya penjualan e-commerce yang membutuhkan packaging jadi kami mulai fokus ke packaging kedepannya," ujar Kurniawan di di Hotel Le Grandeur Mangga Dua, Rabu (27/6/2018).
Sementara itu, untuk penyediaan dana, perseroan akan menggunakan hasil dana dari seluruh medium term notes (MTN) yang telah diterbitkan oleh INKP.
Selain itu, anggaran pengembangan pabrik packaging tersebut masuk dalam anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan pada 2018 sebesar US$ 618 juta. Dimana sisa penggunaan dana capex akan dikeluarkan perseroan untuk pengembangan usaha perseroan lainnya.
"Untuk penggunaan dana capex nanti juga digunakan sebagai wide packaging integrated pabrik yang di Karawang tersebut. Unuk investasi kami kan sedang bagus jadi memang pendanaan lewat pasar modal dengan nerbitin MTN," tambah Suhendra Wiriadinata, Direktur perseroan dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, pada tahun ini perseroan menargetkan volume produksi dari paper, stationery dan juga industrial paper dan packaging tetap stabil seperti tahun lalu yaitu sebesar 1,08 juta ton. Sekitar 768 ribu ton diantaranya berasal dari produksi paper perseroan.
Penjualan Ekspor Rendah Pada Kuartal I-2018
Terkait dengan penjualan ekspor perseroan pada kuartal-I 2018, disebabkan oleh tingginya penjualan yang didistribusikan untuk kebutuhan pulp dan paper di tanah air.
Menurut Suhendra Wiriadinata, hingga saat ini Indonesia harus mengimpor sekitar 50% kebutuhan kertas dalam negeri walaupun komposisi penjualan produk kertas dan kemasan perseroan di dalam negeri telah mencapai 53% atau meningkat 3% dari tahun lalu. Sedangkan untuk penjualan ekspor turun menjadi 47%.
"Indonesia itu konsumsi kertas sisanya berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa, penjualan ekspor kita juga dibentuk oleh volume dan harga harga meningkat penjualan juga meningkat kan," ujar Suhendra.
Menurutnya, pembatasan kertas daur ulang di China belum berdampak pada peningkatan ekspor ke negara tersebut. Menurut manajemen, pangsa pasar terbesar di Asia bukan hanya Tiongkok namun juga Jepang.
Selain itu, perseroan juga berencana untuk mennambah jumlah ekspor produknya ke negara-negara di Timur Tengah dan Afrika.
"Kalau dilihat ke Timur Tengah kayak al-quran itu kertas dari kami, lalu juga di negara-negara Afrika mulai tumbuh itu permintaan kertas karena konsumsi mereka mulai naik ya," tambah Suhendra.
Pada kuartal-I 2018, komposisi penjualan ekspor ke negara Timur Tengah meningkat 5% menjadi 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
(roy/roy) Next Article Harga Saham Naik 247%, Investor Asing Tetap Buru Saham INKP
Direktur INKP Kurniawan Yuwono mengatakan, memiliki kapasitas produksi kertas coklat (kardus) sebanyak 750 ribu ton per tahunnya yang diperkirakan rampung pada 2020 mendatang.
"Pertumbuhan packaging itu diperkirakan tumbuh 4% mulai tahun 2016-2020, ditambah dengan tingginya penjualan e-commerce yang membutuhkan packaging jadi kami mulai fokus ke packaging kedepannya," ujar Kurniawan di di Hotel Le Grandeur Mangga Dua, Rabu (27/6/2018).
"Untuk penggunaan dana capex nanti juga digunakan sebagai wide packaging integrated pabrik yang di Karawang tersebut. Unuk investasi kami kan sedang bagus jadi memang pendanaan lewat pasar modal dengan nerbitin MTN," tambah Suhendra Wiriadinata, Direktur perseroan dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, pada tahun ini perseroan menargetkan volume produksi dari paper, stationery dan juga industrial paper dan packaging tetap stabil seperti tahun lalu yaitu sebesar 1,08 juta ton. Sekitar 768 ribu ton diantaranya berasal dari produksi paper perseroan.
Penjualan Ekspor Rendah Pada Kuartal I-2018
Terkait dengan penjualan ekspor perseroan pada kuartal-I 2018, disebabkan oleh tingginya penjualan yang didistribusikan untuk kebutuhan pulp dan paper di tanah air.
Menurut Suhendra Wiriadinata, hingga saat ini Indonesia harus mengimpor sekitar 50% kebutuhan kertas dalam negeri walaupun komposisi penjualan produk kertas dan kemasan perseroan di dalam negeri telah mencapai 53% atau meningkat 3% dari tahun lalu. Sedangkan untuk penjualan ekspor turun menjadi 47%.
"Indonesia itu konsumsi kertas sisanya berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa, penjualan ekspor kita juga dibentuk oleh volume dan harga harga meningkat penjualan juga meningkat kan," ujar Suhendra.
Menurutnya, pembatasan kertas daur ulang di China belum berdampak pada peningkatan ekspor ke negara tersebut. Menurut manajemen, pangsa pasar terbesar di Asia bukan hanya Tiongkok namun juga Jepang.
Selain itu, perseroan juga berencana untuk mennambah jumlah ekspor produknya ke negara-negara di Timur Tengah dan Afrika.
"Kalau dilihat ke Timur Tengah kayak al-quran itu kertas dari kami, lalu juga di negara-negara Afrika mulai tumbuh itu permintaan kertas karena konsumsi mereka mulai naik ya," tambah Suhendra.
Pada kuartal-I 2018, komposisi penjualan ekspor ke negara Timur Tengah meningkat 5% menjadi 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
(roy/roy) Next Article Harga Saham Naik 247%, Investor Asing Tetap Buru Saham INKP
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular