Euro Sedang Tertekan, Tapi Rupiah Tak Mampu Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2018 14:58
Euro Sedang Tertekan, Tapi Rupiah Tak Mampu Menguat
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap berbagai mata uang, termasuk euro. Data perdagangan internasional yang mengecewakan membebani rupiah. 

Pada Senin (25/6/2018) pukul 14:29 WIB, EUR 1 dihargai Rp 16.454,88. Rupiah melemah 0,12% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Reuters

Berikut kurs euro di sejumlah perbankan nasional: 

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 16.253Rp 16.669
Bank BRIRp 16.364,57Rp 16.578,25
Bank BCARp 16.207Rp 16.634
Bank MandiriRp 16.188Rp 16.604

Euro sebenarnya juga sedang tertekan. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), euro terdepresiasi 0,16% pada pukul 13:34 WIB. 

Uni Eropa sedang dihadapkan pada kekhawatiran perang dagang. Kini, hubungan dagang Eropa dengan AS juga sedang panas. 

Beberapa waktu lalu, Uni Eropa mengumumkan akan menerapkan bea masuk 25% bagi berbagai produk asal AS karena Presiden Donald Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium. Produk-produk asal AS yang akan terkena bea masuk adalah jagung manis, kacang, jins, minuman bourbon, sampai sepeda motor. Nilai perdagangan produk-produk ini mencapai US$ 3,2 miliar (Rp 45,2 triliun).  

Setelah Uni Eropa akan menerapkan bea masuk kepada produk-produk AS, eks taipan properti itu pun siap melancarkan serangan balasan. "Jika bea masuk dan penghalang perdagangan di Uni Eropa tidak dicabut, maka kami akan mengenakan bea masuk 20% kepada mobil-mobil mereka. Bangun pabrik di sini!" tegas Trump melalui kicauan di Twitter. 

Menghadapi gertakan Trump, Uni Eropa tiada gentar. Uni Eropa pun siap membalas. 

"Kalau AS akan mengenakan bea masuk, maka kami tidak punya pilihan. Kami siap bertindak," tegas Jyrki Katainen, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa, seperti dikutip dari Reuters.  

"Kami tidak ingin berdebat di depan publik lewat Twitter. Seharusnya kita semua tidak membuat eskalasi isu ini semakin tinggi," sindirnya lagi. 

Situasi ini membuat investor mengkhawatirkan nasib euro saat perang dagang benar-benar terjadi. Arus devisa dari ekspor akan menurun, karena AS adalah pasar yang besar bagi Uni Eropa. 

Pada 2017, US Census Bureau mencatat impor Negeri Paman Sam dari Uni Eropa adalah US$ 283,27 miliar. Naik 5,09% dibandingkan tahun sebelumnya.  

Ketika perang dagang memanas, Uni Eropa bisa kehilangan devisa yang cukup besar. Ini akan membuat nasib euro tidak menentu. 

Meski begitu, euro masih bisa menguat terhadap rupiah. Ini karena rilis data perdagangan internasional yang bisa dibilang mengecewakan. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 defisit cukup dalam yaitu US$ 1,52 miliar. Ekspor tumbuh cukup baik yaitu 12,47% year-on-year (YoY).

Namun impor tumbuh jauh lebih cepat yaitu 28,12% YoY. Banjir impor ini membuat defisit neraca perdagangan lumayan besar.

Data ini memunculkan anggapan bahwa aliran devisa dari perdagangan sedang seret. Pasar pun kemudian menghukum dengan melepas aset-aset berbasis rupiah. Akibatnya, rupiah pun melemah terhadap banyak mata uang, termasuk euro.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular