Neraca Dagang RI Tekor, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2018 12:31

Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif bagi rupiah datang dari data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 defisit cukup dalam yaitu US$ 1,52 miliar.
Ekspor tumbuh cukup baik yaitu 12,47% year-on-year (YoY). Namun impor tumbuh jauh lebih cepat yaitu 28,12% YoY. Banjir impor ini membuat defisit neraca perdagangan lumayan besar.
Data ini memunculkan anggapan bahwa aliran devisa dari perdagangan sedang seret. Pasar pun kemudian menghukum dengan melepas aset-aset berbasis rupiah.
Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 181,15 miliar hingga akhir Sesi I. Sementara di pasar obligasi, tekanan jual terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield). Pada pukul 12:24 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di 7,547%. Naik dibandingkan penutupan akhir pekan lalu yaitu 7,481%.
Kenaikan yield adalah pertanda harga obligasi sedang turun. Penurunan harga berarti instrumen ini sedang kekurangan peminat atau bahkan terjadi aksi jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ekspor tumbuh cukup baik yaitu 12,47% year-on-year (YoY). Namun impor tumbuh jauh lebih cepat yaitu 28,12% YoY. Banjir impor ini membuat defisit neraca perdagangan lumayan besar.
Data ini memunculkan anggapan bahwa aliran devisa dari perdagangan sedang seret. Pasar pun kemudian menghukum dengan melepas aset-aset berbasis rupiah.
Kenaikan yield adalah pertanda harga obligasi sedang turun. Penurunan harga berarti instrumen ini sedang kekurangan peminat atau bahkan terjadi aksi jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular