Bunga Acuan BI Naik, Hindari Emiten Bursa Sektor Ini

Monica Wareza, CNBC Indonesia
23 June 2018 17:02
Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga dalan Rapat Dewan Guberbur (RDG) pekan ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga dalan Rapat Dewan Guberbur (RDG) yang akan digelar pada 27-28 Juni mendatang. Kenaikan suku bunga ini merupakan salah satu langkah BI untuk mengimbangi kenaikan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat yang lalu dan intervensi terhadap pelemahan rupiah terhadap dolar.

Bagaimana dampak kenaikan suku bunga ini terhadap kinerja emiten dan pergerakan saham?

Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan kenaikan suku bunga nantinya juga berdampak pada kinerja emiten-emiten yang bersinggungan langsung dengan suku bunga.

"Yang pertama kali kena hit itu adalah perbankan, itu pasti, karena marginnya akan kecil, penyaluran kredit akan kecil, lalu nanti peluang kenaikan NPL semakin besar lalu terjadinya perang perebutan likuiditas. Yang paling kena itu buku satu buku dua," kata Edwin beberapa waktu lalu.

Dia menyebutkan jika nantinya kenaikan suku bunga sudah direalisasikan maka akan dilakukan fair value terhadap perbankan, yakni penentuan harga yang sesuai dengan saham tersebut.

Sektor selanjutnya yang akan terdampak kenaikan suku bunga adalan sektor infrastruktur. Karena ketersediaan dana untuk pembangunan infrastruktur menjadi lebih mahal, karena selama ini pembangunan infrastruktur sebagian besar masih mengandalkan pembiayaan dari perbankan.

"Cost of fund mereka akan lebih mahal, baik itu dari pinjaman atau penerbitan obligasi. Sehingga masalah terkait financing," jelas dia.

Lebih spesifik lagi dia menyebutkan perusahaan-perusahaan pengelola jalan tol akan menjadi perusahaan yang terkena hit paling keras. "Selama mereka belum mampu menjual jalan tolnya itu depresiasi mereka akan berat sekali sehingga akan mengalami kerugian nantinya secara over all," imbuh Edwin.

Lebih lanjut, Edwin juga menyinggung sektor properti karena akan naiknya harga apartemen, KPA dan KPR. Kemudian juga sektor otomotif karena bunga kredit akan menjadi lebih tinggi dan daya beli menjadi turun.

Terakhir sektor yang akan terimbas adalah semen karena penjualan properti yang turun. "Ini yang bukan hanya sekedar karena penurunan, tapi ini basic sekali," kata dia.



(dru) Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular