Isu Perang Dagang Menghantui, Bursa Saham Asia Bervariasi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 June 2018 16:55
Bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini: indeks Shanghai menguat 0,49%, indeks Hang Seng menguat 0,15%, indeks Kospi menguat 0,83%, indeks Nikkei melemah 0,78%, dan indeks Strait Times melemah 0,38%.

Sejatinya, data-data ekonomi yang berasal dari Jepang cukup positif. Inflasi periode Mei tercatat sebesar 0,7% YoY, sesuai dengan estimasi para ekonom. Kemudian, pembacaan awal untuk data indeks manufaktur periode Juni tercatat di level 53,1, lebih tinggi dibandingkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 52,8.

Namun, isu perang dagang yang masih kental terasa membuat bursa saham kawasan Asia tak bisa berbuat banyak. Kini, isu perang dagang bahkan sudah membuat kalangan pebisnis meragukan normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh The Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan CNBC Global CFO Council quarterly survey periode kuartal-II 2018, hanya 11,6% responden yang memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali atau lebih pada tahun ini. Walaupun naik dari posisi kuartal-I yang sebesar 5,3%, nilainya tetap saja kecil.

Sebagai catatan, sasaran dari survei ini adalah para Chief Financial Officer (CFO) perusahaan terkemuka di dunia seperti Facebook, Starbucks, dan PayPal.

Menariknya, responden yang memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali tercatat naik signifikan, dari 13,2% pada kuartal-I menjadi 27,9% pada kuartal-II. Mayoritas responden (53,5%) masih menebak the Fed hanya akan mengerek suku bunga acuannya sebanyak 1 kali lagi (3 kali secara keseluruhan).

Pesimisnya kalangan pebisnis dalam menanggapi rencana normalisasi yang sebanyak 4 kali dipicu oleh risiko perang dagang.

Masih berdasarkan survei yang dilakukan oleh CNBC International tersebut, sebanyak 35,1% responden menganggap kebijakan dagang AS menjadi risiko eksternal terbesar bagi perusahaan tempat mereka bekerja, naik dari hasil survei kuartal-I yang sebesar 27,3%.

Lebih lanjut, sebanyak 58,1% responden menganggap bahwa kebijakan dagang AS akan membawa dampak negatif bagi perusahaan mereka dalam waktu 6 bulan ke depan; 9,3% responden bahkan menilai dampaknya akan 'sangat negatif'.
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular