BI Beri Relaksasi, IHSG Nyaris ke Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 June 2018 16:34
IHSG melemah tipis 0,01% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.821,81.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,01% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.821,81. Pelemahan IHSG terjadi kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Shanghai menguat 0,49%, indeks Hang Seng menguat 0,15%, indeks Kospi menguat 0,83%, indeks Nikkei melemah 0,78%, dan indeks Strait Times melemah 0,25%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,88 triliun dengan volume sebanyak 8,27 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 400.213 kali.

Sempat menyentuh titik terendahnya di level 5.787,68 (-0,6% dibandingkan penutupan kemarin, 21/6/2018), IHSG berangsur-angsur naik salah satunya ditopang kabar relaksasi di sektor properti oleh Bank Indonesia (BI).

BI dikabarkan siap melakukan relaksasi aturan down payment Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau aturan Loan to Value dan Financing to Value (LTV/FTV). BI disebut akan mempermudah proses kepemilikan rumah seperti dengan memperbolehkan over kredit sampai dengan pencairan KPR secara inden.

Mengenai relaksasi tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo belum bisa berkomentar banyak. Namun, dirinya sekaligus mengonfirmasi bahwa pembahasan telah berlangsung.

"Nanti kami umumkan, down payment, relaksasi di inden dan beberapa mengenai relaksasi pembayaran. Detailnya nanti 2 hari. Sabar. Nanti kami bahas lebih detail," ungkap Perry.

Menurut Perry, BI memiliki data yang menunjukan permintaan untuk apartemen dan rumah tapak cukup tinggi. "Kalangan muda 36-45 tahun itu demandnya cukup tinggi. Jadi relaksasi kami nanti akan bisa mendorong sektor perumahan untuk first time buyer yang detailnya akan kami sampaikan," paparnya.

Investor merespon positif rencana relaksasi tersebut dengan membeli saham-saham emiten sektor properti. Indeks sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan yang sempat melemah hingga 1,28% ditutup hanya melemah 0,38%.

Saham-saham emiten properti yang menguat cukup signifikan diantaranya PT Ciputra Development Tbk/CTRA (+7,84%), PT Summarecon Agung Tbk/SMRA (+3,28%), PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE (+1,86%), dan PT Lippo Karawaci Tbk/LPKR (+1,79%).

Dari sisi eksternal, isu perang dagang yang masih kental terasa membuat investor belum terlalu berani menyentuh saham-saham di Indonesia. Kini, isu perang dagang bahkan sudah membuat kalangan pebisnis meragukan normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve.

Berdasarkan CNBC Global CFO Council quarterly survey periode kuartal-II 2018, hanya 11,6% responden yang memproyeksikan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali atau lebih pada tahun ini. Walaupun naik dari posisi kuartal-I yang sebesar 5,3%, nilainya tetap saja kecil.

Sebagai catatan, sasaran dari survei ini adalah para Chief Financial Officer (CFO) perusahaan terkemuka di dunia seperti Facebook, Starbucks, dan PayPal.

Menariknya, responden yang memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali tercatat naik signifikan, dari 13,2% pada kuartal-I menjadi 27,9% pada kuartal-II. Mayoritas responden (53,5%) masih menebak the Fed hanya akan mengerek suku bunga acuannya sebanyak 1 kali lagi (3 kali secara keseluruhan).

Pesimisnya kalangan pebisnis dalam menanggapi rencana normalisasi yang sebanyak 4 kali dipicu oleh risiko perang dagang.

Masih berdasarkan survei yang dilakukan oleh CNBC International tersebut, sebanyak 35,1% responden menganggap kebijakan dagang AS menjadi risiko eksternal terbesar bagi perusahaan tempat mereka bekerja, naik dari hasil survei kuartal-I yang sebesar 27,3%.

Lebih lanjut, sebanyak 58,1% responden menganggap bahwa kebijakan dagang AS akan membawa dampak negatif bagi perusahaan mereka dalam waktu 6 bulan ke depan; 9,3% responden bahkan menilai dampaknya akan 'sangat negatif'.

Masih kentalnya risiko perang dagang membuat investor asing kembali 'kabur' dari bursa saham domestik. Sampai dengan akhir perdagangan, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 969,6 miliar.

Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 222 miliar), PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (Rp 78,4 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 72,3 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 65,4 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 57,7 miliar).
(ank/hps) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular