
Dolar AS Tinggalkan Rp 14.100, BI Intervensi Rp 15 T
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 June 2018 15:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah semakin menjauh dari level Rp 14.100/US$. Pada Jumat, (22/6/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.065/US$, atau menguat 0,23%.
Pergerakan rupiah pada hari ini memang cukup fluktuatif. Meski sempat menguat di awal pembukaan perdagangan, mata uang Garuda sempat tak berdaya di hadapan greenback.
Lantas, apa yang menjadi 'obat kuat' penguatan rupiah hingga sore hari ini?
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), bank sentral telah melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder sebanyak Rp 15 triliun secara year to date untuk menstabilisasi rupiah.
"Masuk di pasar sekunder sudah Rp 15 triliun. Kemarin saja, BI sudah membeli Rp 1,25 triliun di pasar sekunder," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat ditemui di Menara Sjafruddin Prawiranegara, kompleks BI, Jumat (22/6/2018).
Nanang mengatakan, upaya menstabilisasi melalui pasar sekunder memang menjadi opsi ketika pasar mengalami gejolak. Namun jika situasinya normal, BI pun tidak akan masuk ke dalam pasar sekunder.
"Kalau pasarnya sedang tertekan, terjadi outflow, baru kami masuk. Tidak bisa masuk begitu saja," ungkapnya.
BI pun berkomitmen akan terus berada di pasar, dan tak segan-segan melakukan intervensi apabila nilai tukar rupiah semakin terlempar jauh dari fundamental yang sebenarnya.
(dru) Next Article Rupiah Masih Terdiskon, Ini Lho Sebabnya
Pergerakan rupiah pada hari ini memang cukup fluktuatif. Meski sempat menguat di awal pembukaan perdagangan, mata uang Garuda sempat tak berdaya di hadapan greenback.
Lantas, apa yang menjadi 'obat kuat' penguatan rupiah hingga sore hari ini?
"Masuk di pasar sekunder sudah Rp 15 triliun. Kemarin saja, BI sudah membeli Rp 1,25 triliun di pasar sekunder," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat ditemui di Menara Sjafruddin Prawiranegara, kompleks BI, Jumat (22/6/2018).
Nanang mengatakan, upaya menstabilisasi melalui pasar sekunder memang menjadi opsi ketika pasar mengalami gejolak. Namun jika situasinya normal, BI pun tidak akan masuk ke dalam pasar sekunder.
"Kalau pasarnya sedang tertekan, terjadi outflow, baru kami masuk. Tidak bisa masuk begitu saja," ungkapnya.
BI pun berkomitmen akan terus berada di pasar, dan tak segan-segan melakukan intervensi apabila nilai tukar rupiah semakin terlempar jauh dari fundamental yang sebenarnya.
(dru) Next Article Rupiah Masih Terdiskon, Ini Lho Sebabnya
Most Popular