
The Fed Naikkan Bunga Sampai 4 Kali? Pelaku Pasar Mulai Ragu
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 June 2018 14:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini, dolar AS berada dalam posisi yang begitu perkasa. Semenjak the Federal Reserve mengumumkan hasil pertemuannya pada 13 Juni waktu setempat, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya tercatat menguat sebesar 0,95% level 94,691 (sampai dengan berita ini diturunkan).
Pada pertemuan bulan ini, terungkap bahwa anggota FOMC memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali untuk tahun 2018. Hal ini terlihat dari median dot plot yang berada di level 2,25-2,5%, mengindikasikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini (4 kali secara keseluruhan). Padahal pada pertemuan bulan Maret, median dari dot plot masih berada di level 2-2,25%, mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali saja.
Sebagai catatan, dot plot merupakan survei dari partisipan FOMC (Federal Open Market Committee) selaku pengambil keputusan terkait proyeksi mereka atas tingkat suku bunga acuan pada akhir tahun.
Satu hari pasca pengumuman hasil pertemuan the Fed tersebut (14 Juni), investor nampak begitu yakin bahwa suku bunga acuan pada akhirnya akan dikerek sebanyak 4 kali.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 14 Juni, terdapat 55,7% kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 4 kali pada tahun ini, naik dari 43,8% per 21 Mei.
Namun kini, probabilitasnya hanya tersisa 47,3%. Artinya, pelaku pasar mulai ragu bahwa the Fed akan mengeksekusi proyeksinya sendiri.
Kalangan pebisnis pun juga skeptis lagi dalam menanggapi hal tersebut. Berdasarkan CNBC Global CFO Council quarterly survey periode kuartal-II 2018, hanya 11,6% responden yang memproyeksikan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali atau lebih pada tahun ini. Walaupun naik dari posisi kuartal-I yang sebesar 5,3%, nilainya tetap saja kecil.
Sebagai catatan, sasaran dari survei ini adalah para Chief Financial Officer (CFO) perusahaan terkemuka di dunia seperti Facebook, Starbucks, dan PayPal.
Menariknya, responden yang memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali tercatat naik signifikan, dari 13,2% pada kuartal-I menjadi 27,9% pada kuartal-II. Mayoritas responden (53,5%) masih menebak the Fed hanya akan mengerek suku bunga acuannya sebanyak 1 kali lagi (3 kali secara keseluruhan).
Gara-Gara Perang Dagang
Pesimisnya kalangan pebisnis dalam menanggapi rencana normalisasi yang sebanyak 4 kali nampak dipicu oleh risiko perang dagang. Masih berdasarkan survei yang dilakukan oleh CNBC International tersebut, sebanyak 35,1% responden menganggap kebijakan dagang AS menjadi risiko eksternal terbesar bagi perusahaan tempat mereka bekerja, naik dari hasil survei kuartal-I yang sebesar 27,3%.
Lebih lanjut, sebanyak 58,1% responden menganggap bahwa kebijakan dagang AS akan membawa dampak negatif bagi perusahaan mereka dalam waktu 6 bulan ke depan; 9,3% responden bahkan menilai dampaknya akan 'sangat negatif'.
Jadi, memudarnya ekspektasi pelaku pasar terkait normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Fed tak bisa dianggap sebagai sesuatu yag positif. Pasalnya, pudarnya ekspektasi tersebut dipicu oleh risiko perang dagang yang bisa menghantam laju ekonomi dunia. Bagi bursa saham, tentu ini bukan kabar gembira.
(ank/ank) Next Article The Fed: Ekonomi AS Cerah, Kebijakan Tetap Sama
Pada pertemuan bulan ini, terungkap bahwa anggota FOMC memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali untuk tahun 2018. Hal ini terlihat dari median dot plot yang berada di level 2,25-2,5%, mengindikasikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini (4 kali secara keseluruhan). Padahal pada pertemuan bulan Maret, median dari dot plot masih berada di level 2-2,25%, mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali saja.
Sebagai catatan, dot plot merupakan survei dari partisipan FOMC (Federal Open Market Committee) selaku pengambil keputusan terkait proyeksi mereka atas tingkat suku bunga acuan pada akhir tahun.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 14 Juni, terdapat 55,7% kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 4 kali pada tahun ini, naik dari 43,8% per 21 Mei.
Namun kini, probabilitasnya hanya tersisa 47,3%. Artinya, pelaku pasar mulai ragu bahwa the Fed akan mengeksekusi proyeksinya sendiri.
Kalangan pebisnis pun juga skeptis lagi dalam menanggapi hal tersebut. Berdasarkan CNBC Global CFO Council quarterly survey periode kuartal-II 2018, hanya 11,6% responden yang memproyeksikan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali atau lebih pada tahun ini. Walaupun naik dari posisi kuartal-I yang sebesar 5,3%, nilainya tetap saja kecil.
Sebagai catatan, sasaran dari survei ini adalah para Chief Financial Officer (CFO) perusahaan terkemuka di dunia seperti Facebook, Starbucks, dan PayPal.
Menariknya, responden yang memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali tercatat naik signifikan, dari 13,2% pada kuartal-I menjadi 27,9% pada kuartal-II. Mayoritas responden (53,5%) masih menebak the Fed hanya akan mengerek suku bunga acuannya sebanyak 1 kali lagi (3 kali secara keseluruhan).
Gara-Gara Perang Dagang
Pesimisnya kalangan pebisnis dalam menanggapi rencana normalisasi yang sebanyak 4 kali nampak dipicu oleh risiko perang dagang. Masih berdasarkan survei yang dilakukan oleh CNBC International tersebut, sebanyak 35,1% responden menganggap kebijakan dagang AS menjadi risiko eksternal terbesar bagi perusahaan tempat mereka bekerja, naik dari hasil survei kuartal-I yang sebesar 27,3%.
Lebih lanjut, sebanyak 58,1% responden menganggap bahwa kebijakan dagang AS akan membawa dampak negatif bagi perusahaan mereka dalam waktu 6 bulan ke depan; 9,3% responden bahkan menilai dampaknya akan 'sangat negatif'.
Jadi, memudarnya ekspektasi pelaku pasar terkait normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Fed tak bisa dianggap sebagai sesuatu yag positif. Pasalnya, pudarnya ekspektasi tersebut dipicu oleh risiko perang dagang yang bisa menghantam laju ekonomi dunia. Bagi bursa saham, tentu ini bukan kabar gembira.
(ank/ank) Next Article The Fed: Ekonomi AS Cerah, Kebijakan Tetap Sama
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular