
Meski Produksi AS Turun, Harga Batu Bara Masih Terkoreksi
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 June 2018 12:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga acuan batu bara dunia masih melemah meski sentimen positif berdatangan menerpa pasar energi utama kedua dunia tersebut, yakni dari sisi suplai berupa turunnya produksi AS dan permintaan berupa potensi kenaikan impor batu bara India.
Harga batu bara di Newcastle Australia melemah US$0,45 per ton atau 0,39% ke US$114 per ton, membentuk koreksi untuk ketiga harinya. Terakhir, harga kontrak berjangka acuan pasar Australia tersebut dibentuk pada Kamis (21/06/2018).
Koreksi tersebut menjauhkan harga batu bara tersebut dari posisi tertingginya tahun ini yang dicetak pada 13 Juni pada level US$116 per ton, yang juga merupakan level tertinggi sejak penutupan tanggal 24 Februari 2012 di level US$118 per ton.
Pasar menilai perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) tidak akan memengaruhi pasar batu bara dunia, meski China mengenakan tarif untuk produk impor senilai total US$50 miliar dari AS, termasuk di antaranya batu bara kokas-yang dipakai industri baja.
Mengutip data Energy Information Administration (EIA), China pada tahun lalu mengimpor batu bara AS sebanyak 3,2 juta ton, atau hanya 3% dari total ekspor batu bara AS. Jikapun angka impor itu turun, AS bisa mencari pasar alternatif.
Sementara bagi China, kenaikan biaya pembelian batu bara AS tidak serta-merta memaksa mereka mencari pemasok baru karena faktor kualitas produk batu bara yang lebih tinggi dari batu bara thermal yang banyak diproduksi di Asia Tenggara.
Terlebih, pemerintah China masih tetap menjalankan rencana mereka mengurangi polusi udara di negaranya, dengan beralih pada energi terbarukan dan energi fosil lain yang lebih bersih seperti gas.
Perkembangan tersebut membuat harga batu bara sedikit terkoreksi, meski Minerals Council of Australia merilis proyeksi bahwa impor batu bara thermal dari India diprediksi menguat ke 145 juta ton pada tahun ini.
Koreksi yang terjadi juga terlihat belum memasukkan fakta bahwa produksi batu bara AS turun sepanjang tahun berjalan per 16 Juni. AS merupakan negara produsen terbesar kedua batu bara dunia, setelah China.
Data Departemen Energi AS menyebutkan produksi batu bara negara itu sepanjang tahun berjalan turun -1,9% ke 346,26 juta ton. Secara tahunan (year on year/ YoY), produksi batu bara AS terhitung turun sebesar -2,9% menjadi 765,29 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Berkat China, Harga Batu Bara Melesat Nyaris 1% Pekan Ini
Harga batu bara di Newcastle Australia melemah US$0,45 per ton atau 0,39% ke US$114 per ton, membentuk koreksi untuk ketiga harinya. Terakhir, harga kontrak berjangka acuan pasar Australia tersebut dibentuk pada Kamis (21/06/2018).
Koreksi tersebut menjauhkan harga batu bara tersebut dari posisi tertingginya tahun ini yang dicetak pada 13 Juni pada level US$116 per ton, yang juga merupakan level tertinggi sejak penutupan tanggal 24 Februari 2012 di level US$118 per ton.
Mengutip data Energy Information Administration (EIA), China pada tahun lalu mengimpor batu bara AS sebanyak 3,2 juta ton, atau hanya 3% dari total ekspor batu bara AS. Jikapun angka impor itu turun, AS bisa mencari pasar alternatif.
Sementara bagi China, kenaikan biaya pembelian batu bara AS tidak serta-merta memaksa mereka mencari pemasok baru karena faktor kualitas produk batu bara yang lebih tinggi dari batu bara thermal yang banyak diproduksi di Asia Tenggara.
Terlebih, pemerintah China masih tetap menjalankan rencana mereka mengurangi polusi udara di negaranya, dengan beralih pada energi terbarukan dan energi fosil lain yang lebih bersih seperti gas.
Perkembangan tersebut membuat harga batu bara sedikit terkoreksi, meski Minerals Council of Australia merilis proyeksi bahwa impor batu bara thermal dari India diprediksi menguat ke 145 juta ton pada tahun ini.
Koreksi yang terjadi juga terlihat belum memasukkan fakta bahwa produksi batu bara AS turun sepanjang tahun berjalan per 16 Juni. AS merupakan negara produsen terbesar kedua batu bara dunia, setelah China.
Data Departemen Energi AS menyebutkan produksi batu bara negara itu sepanjang tahun berjalan turun -1,9% ke 346,26 juta ton. Secara tahunan (year on year/ YoY), produksi batu bara AS terhitung turun sebesar -2,9% menjadi 765,29 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Berkat China, Harga Batu Bara Melesat Nyaris 1% Pekan Ini
Most Popular