Riset Moody's Bawa Dolar Australia Menguat Lawan Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 June 2018 10:54
Rupiah kembali kehilangan momentum penguatan dan melemah terhadap berbagai mata uang. Termasuk di hadapan dolar Australia.
Foto: REUTERS/Daniel Munoz
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali kehilangan momentum penguatan dan melemah terhadap berbagai mata uang. Termasuk di hadapan dolar Australia. 

Pada Jumat (22/6/2018) pukul 10:28 WIB, AU$ 1 ditransaksikan Rp 10.426,42. Rupiah melemah 0,24%. 

Reuters

Berikut perkembangan kurs dolar Australia di sejumlah bank nasional: 

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 10.258Rp 10.548
Bank BRIRp 10.296,94Rp 10.453,21
Bank BCARp 10.272Rp 10.559
Bank MandiriRp 10.189Rp 10.543
 
Penguatan dolar Australia memang berlangsung secara luas atau broadbased. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Negeri Kanguru mampu menguat 0,12% pada pukul 10:37 WIB. Sementara rupiah melemah 0,05% terhadap greenback. 

Dolar Australia menguat didorong oleh rilis riset terbaru dari Moody's. Lembaga pemeringkat ini menyebutkan Australia punya fundamental ekonomi yang sangat kuat. 

Moody's memberikan rating AAA dengan outlook stabil terhadap surat utang pemerintah Australia. Peringkat ini didasari oleh kebijakan ekonomi dan moneter yang transparan dan efisien serta regulasi di sektor keuangan yang sangat memadai. 

Dalam hal kekuatan ekonomi, Moody's memberi predikat 'sangat kuat' kepada Australia. Predikat itu juga diberikan di pos kekuatan institusional dan kekuatan fiskal. Sementara faktor risiko Australia diganjar predikat 'rendah'. 

"Rating AAA didukung oleh laju pertumbuhan ekonomi Australia yang cepat dan institusi yang kuat. Ditambah lagi politik Australia juga stabil," sebut keterangan tertulis Moody's. 

Kabar dari Moody's ini membuat pasar keuangan Australia menerima aliran modal yang cukup deras. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Australia, di mana untuk tenor 10 tahun saat ini berada di 2,651%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yaitu 2,685%. 

Penurunan yield berarti harga instrumen ini sedang naik. Kalau harga naik, maka obligasi sedang banyak peminat. 

Tingginya arus modal ke pasar obligasi Australia sedikit banyak membantu penguatan dolar Australia terhadap berbagai mata uang. Rupiah pun menjadi salah satu korbannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular