Perang Dagang Masih Menghantui, Bursa Saham Asia Bervariasi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2018 09:07
Bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei melemah 0,14%, indeks Strait Times melemah 0,02%, indeks Shanghai melemah 0,13%, indeks Kospi menguat 0,01%, dan indeks Hang Seng menguat 0,23%.

Pasca sempat rebound pada perdagangan kemarin, bursa saham Asia kembali mendapat tekanan pada perdagangan hari ini. Isu perang dagang yang masih kental terasa membuat investor tak berani agresif berbelanja di bursa saham Benua Kuning.

Teranyar, AS kembali melancarkan serangannya kepada China. Bukan dengan mengenakan bea masuk baru, Gedung Putih justru merilis sebuah laporan sebanyak 35 halaman berjudul "How China's Economic Aggression Threatens the Technologies and Intellectual Property of the United States and the World" yang isinya menjelaskan klaim mereka mengenai 'agresi ekonomi' yang dilakukan oleh Negeri Panda.

"(China) telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia seiring dengan modernisasi industri yang mendorongnya naik dalam rantai pasokan global. Namun, banyak dari pertumbuhan tersebut dicapai melalui tindakan, kebijakan, dan praktik agresif yang berada diluar norma dan peraturan global (secara kolektif, 'agresi ekonomi')," tulis Gedung Putih dalam kalimat pembukanya.

Laporan tersebut kemudian memaparkan praktik-praktik yang dilakukan China untuk mengakses teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan asal AS.

AS seolah ingin memperingatkan seluruh dunia mengenai bahaya yang datang dari praktik-praktik pencurian teknologi dan kekayaan intelektual yang selama ini dilakukannya. Mungkin Washington sedang menggalang dukungan dari negara-negara lain untuk bersama-sama menghadapi China.

Dengan Uni Eropa, hubungan AS juga bertambah buruk. Uni Eropa akan memberlakukan bea masuk 25% bagi berbagai produk asal AS karena Presiden Donald Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium dari Benua Biru.

Produk-produk asal AS yang akan terkena bea masuk adalah jagung manis, kacang, jins, minuman bourbon, sampai sepeda motor. Nilai perdagangan produk-produk ini mencapai US$ 3,2 miliar (Rp 45,2 triliun).

"Kami tidak menginginkan hal ini. Namun sikap AS membuat kami tidak punya pilihan lain," tegas Cecilia Malmstrom, Komisioner Perdagangan Uni Eropa, dikutip dari Reuters.

Kemudian, dolar AS juga tengah perkasa. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS menguat hingga 0,14% ke level 95,189. Kuatnya dolar AS didorong oleh pernyataan Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell.

Berbicara dalam forum ekonomi European Central Bank (ECB) di Sintra, Portugal, Powell kembali menegaskan komitmen bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara gradual.

"Dengan ekonomi AS yang semakin kuat, maka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap tetap kuat, meski pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih," kata Powell, dikutip dari Reuters.

Penguatan dolar AS tentu bukan kabar baik bagi bursa saham Asia.
(ank/hps) Next Article AS-China Tak Ada Tanda Damai, Bursa Asia Ditutup Bervariatif

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular