Trump Ancam Kenakan Bea Masuk Baru, Bursa Saham Asia Anjlok

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 June 2018 16:33
Bursa saham utama kawasan Asia anjlok pada akhir perdagangan hari ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia anjlok pada akhir perdagangan hari ini: indeks Nikkei anjlok 1,77%, indeks Shanghai anjlok 3,82%, indeks Hang Seng anjlok 2,78%, indeks Strait Times turun 0,61%, dan indeks Kospi anjlok 1,52%.

Makin panasnya hubungan AS-China dalam bidang perdagangan membawa petaka bagi bursa saham Benua Biru. Teranyar, pada hari Senin waktu setempat (18/6/2018), Presiden Donald Trump mengeluarkan sebuah pernyataan yang isinya menjelaskan bahwa dirinya telah memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengidentifikasi barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar yang akan dikenakan bea masuk tambahan senilai 10%.

"Setelah proses hukum selesai, bea masuk ini akan berlaku jika China menolak untuk mengubah praktik-praktiknya (mencuri kekayaan intelektual dan teknologi asal AS) dan jika China bersikeras untuk menerapkan bea masuk yang baru-baru ini mereka umumkan".

Tak sampai disitu, Trump mengancam bahwa jika China kembali menaikkan bea masuk untuk barang-barang asal AS, bea masuk baru untuk produk-produk impor China lainnya senilai US$ 200 akan diterapkan.

Celakanya, kubu China tak melunak dan justru bereaksi keras terhadap keputusan dari Gedung Putih tersebut. Mengutip CNBC International, Menteri Perdagangan China mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan aksi balasan jika AS nantinya menerbitkan daftar barang-barang yang akan dikenakan bea masuk baru.

Dalam pernyataan yang dipublikasikan di situs resminya, mereka mengungkapkan bahwa China akan melindungi kepentingan-kepentingannya dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.

Menyebut bahwa negaranya tak menginginkan perang dagang, Kementerian perdagangan China menyatakan tak takut untuk terlibat.

Bea masuk yang disiapkan pemerintahan AS ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan bea masuk yang sudah diumumkan sebelumnya. Besarnya nilai barang-barang yang akan terdampak bisa benar-benar menghantam laju ekonomi kedua negara.

Dari sisi Negeri Paman Sam, sayangnya hal ini terjadi kala the Federal Reserve sudah semakin meninggalkan era suku bunga rendah. Pada minggu lalu, the Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps sembari memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini.

Kombinasi antara lemahnya perdagangan internasional (sebagai akibat perang dagang) dengan kenaikan suku bunga kredit (sebagai akibat kenaikan suku bunga acuan) tentu bukan kabar baik bagi ekonomi AS yang sedang panas-panasnya.
(ank/hps) Next Article AS Jalin Komunikasi Dengan Korut, Bursa Saham Asia Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular