
Setelah Reli Panjang, Harga Batu Bara Dalam Dua Hari Turun
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
18 June 2018 15:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup turun 1,15% ke US$115,00/ton pada perdagangan hari Jumat (15/06/2018). Ini merupakan penurunan harga dalam dua hari berturut-turut dan mengakhiri tren kenaikan yang terjadi dalam seminggu sebelumnya hingga menyentuh rekor tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
Faktor yang membuat tren kenaikan harga batubara tertahan karena proyeksi permintaan batubara dari China yang akan turun. Seperti diketahui, tingginya kebutuhan China terhadap batu hitam ini untuk memenuhi kebutuhan listrik di negara tersebut.
Data dari US Energy Information, memperlihatkan ketergantungan China terhadap komoditas tersebut dalam menopang generator penghasil listrik hingga mencapai 72%. Kondisi ini membuat membuat China termasuk negara dengan impor batu bara tertinggi.
Selama periode Januari hingga Mei 2018, impor batu bara China tumbuh hingga 10,2% secara Year-on-Year (YoY). Nilai tersebut bahkan mengungguli negara-negara seperti India, Jepang hingga Korea Selatan di bawah 4% secara YoY.
Ketika permintaan dari negara tersebut turun, maka dapat mempengaruhi permintaan global yang ikut turun sehingga mendorong harga batu bara bergerak turun. Salah satu sebab dipersepsikan dapat membuat penurunan tersebut adalah peningkatan tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Tensi perang dagang antara AS dan China kembali meningkat diawali dari rencana Presiden AS, Donald Trump yang berencana mengenakan tarif kepada barang-barang impor dari China.
Menurut perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer pada tahap awal AS akan mengenakan tarif awal kepada 818 produk China senilai US$ 34 miliar mulai tanggal 6 Juli mendatang. Daftar selanjutnya dengan nilai US$ 16 miliar akan dipertimbangkan dengan berbagai proses peninjauan baru, sehingga total tarif impor yang akan dikenakan mencapai US$ 50 miliar.
China pun, tidak tinggal diam. Pemerintah setempat juga berencana mengenakan tariff kepada barang-barang dari AS. Menurut kantor berita Xinhua, Negeri Tirai Bambu berencana mengenakan tarif "pembalasan" kepada 545 produk ekspor Amerika khususnya produk pertanian dan otomotif, yang nilainya juga mencapai US$34 miliar.
Lebih lanjut menurut Xinhua, Dewan Negara China mengatakan 114 produk akan dikenakan tarif juga setelah itu. Salah satu barang yang diimpor China dari AS adalah batu bara. Data Bea Cukai China menyebutkan, selama 2017 saja impor batu bara China dari AS mencapai 3,2 juta ton atau 1,18% dari keseluruhan total impor batu bara.
Adanya aksi saling balas dendam terkiat barang impor bukan tidak mungkin semakin luas termasuk terhadap sang batu hitam. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin China akan mengurangi jumlah impor sehingga berpengaruh terhadap harga batubara secara global.
Di sisi lain, pemerintah China pun semakin menggejot penggunaan energi terbarukan untuk menggantikan batubara sehingga mendorong permintaan terhadap komoditas tersebut semakin menurun.
Akibatnya tren kenaikan harga batubara pun berakhir dan mulai menunjukkan penurunan setidaknya dalam dua hari terakhir.
(hps) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara
Faktor yang membuat tren kenaikan harga batubara tertahan karena proyeksi permintaan batubara dari China yang akan turun. Seperti diketahui, tingginya kebutuhan China terhadap batu hitam ini untuk memenuhi kebutuhan listrik di negara tersebut.
Data dari US Energy Information, memperlihatkan ketergantungan China terhadap komoditas tersebut dalam menopang generator penghasil listrik hingga mencapai 72%. Kondisi ini membuat membuat China termasuk negara dengan impor batu bara tertinggi.
Selama periode Januari hingga Mei 2018, impor batu bara China tumbuh hingga 10,2% secara Year-on-Year (YoY). Nilai tersebut bahkan mengungguli negara-negara seperti India, Jepang hingga Korea Selatan di bawah 4% secara YoY.
Ketika permintaan dari negara tersebut turun, maka dapat mempengaruhi permintaan global yang ikut turun sehingga mendorong harga batu bara bergerak turun. Salah satu sebab dipersepsikan dapat membuat penurunan tersebut adalah peningkatan tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Tensi perang dagang antara AS dan China kembali meningkat diawali dari rencana Presiden AS, Donald Trump yang berencana mengenakan tarif kepada barang-barang impor dari China.
Menurut perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer pada tahap awal AS akan mengenakan tarif awal kepada 818 produk China senilai US$ 34 miliar mulai tanggal 6 Juli mendatang. Daftar selanjutnya dengan nilai US$ 16 miliar akan dipertimbangkan dengan berbagai proses peninjauan baru, sehingga total tarif impor yang akan dikenakan mencapai US$ 50 miliar.
China pun, tidak tinggal diam. Pemerintah setempat juga berencana mengenakan tariff kepada barang-barang dari AS. Menurut kantor berita Xinhua, Negeri Tirai Bambu berencana mengenakan tarif "pembalasan" kepada 545 produk ekspor Amerika khususnya produk pertanian dan otomotif, yang nilainya juga mencapai US$34 miliar.
Lebih lanjut menurut Xinhua, Dewan Negara China mengatakan 114 produk akan dikenakan tarif juga setelah itu. Salah satu barang yang diimpor China dari AS adalah batu bara. Data Bea Cukai China menyebutkan, selama 2017 saja impor batu bara China dari AS mencapai 3,2 juta ton atau 1,18% dari keseluruhan total impor batu bara.
Adanya aksi saling balas dendam terkiat barang impor bukan tidak mungkin semakin luas termasuk terhadap sang batu hitam. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin China akan mengurangi jumlah impor sehingga berpengaruh terhadap harga batubara secara global.
Di sisi lain, pemerintah China pun semakin menggejot penggunaan energi terbarukan untuk menggantikan batubara sehingga mendorong permintaan terhadap komoditas tersebut semakin menurun.
Akibatnya tren kenaikan harga batubara pun berakhir dan mulai menunjukkan penurunan setidaknya dalam dua hari terakhir.
(hps) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara
Most Popular