
Ekonomi Inggris Tumbuh Lambat, Bursa Eropa Dibuka Turun
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 June 2018 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa dibuka melemah pada perdagangan hari ini: indeks DAX (Jerman) melemah 0,5% ke level 12.945,53 dan indeks CAC 40 (Prancis) melemah 0,26% ke level 5.487,7. Sementara itu, indeks SXXP 600 yang berisi 600 perusahaan dari 17 negara di wilayah Eropa berada dibuka di level 388,75 atau turun 0,1% dibandingkan penutupan hari Jumat (15/6/2018).
Angin segar yang sempat datang dari keputusan bank sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) untuk mengakhiri stimulus moneter (quantitative easing) pada akhir 2018 nampak sudah benar-benar tak bisa mengangkat kinerja bursa saham Benua Biru.
Sebelumnya, keputusan ECB ini sempat direspon positif oleh pelaku pasar, seiring timbulnya persepsi bahwa ekonomi zona euro sudah benar-benar pulih. Sebelumnya, beberapa indikator memang sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada Mei 2018, inflasi di zona euro mencapai 1,9% YoY, sudah mencapai target ECB yaitu sedikit dibawah 2%.
Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa juga diperkirakan membaik. Sebelumnya, Komisi Uni Eropa memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 2,1%. Namun, proyeksi ini kemudian direvisi menjadi 2,3%. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 juga diperbarui menjadi 2%, dari yang sebelumnya 1,9%.
Pada perdagangan hari ini, risiko datang dari Inggris. British Chambers of Commerce (BCC) atau Kamar Dagang dan Industri memperkirakan bahwa ekonomi Inggris akan tumbuh pada titik terendah sejak krisis keuangan global (2009), seiring dengan lemahnya konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan, seperti dikutip dari Financial Times.
BCC memproyeksikan ekonomi Inggris hanya akan tumbuh sebesar 1,3% pada tahun ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,4%.
"Jika terealisasikan (proyeksi tersebut), akan menjadi pertumbuhan ekonomi tahunan terlemah sejak 2009, kala ekonomi sedang berada dalam pergolakan krisis keuangan gobal," terang BCC.
Bahkan, BCC juga memproyeksikan ekonomi Inggris akan memasuki periode 'mati suri' dikarenakan kombinasi dari tingginya utang rumah tangga dengan lemahnya investasi dan perdagangan.
Sebelumnya pada bulan April, International Monetary Fund (IMF) sudah memperkirakan bahwa performa ekonomi Inggris akan lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya kecuali Italia dalam 2 tahun kedepan, seiring adanya restriksi di bidang perdagangan yang lebih tinggi dan lemahnya investasi riil oleh investor asing (karena Brexit).
Kini, persepsi mengenai pulihnya ekonomi zona euro dihantui oleh bayang-bayang kejatuhan ekonomi Inggris. Investor pun dipaksa bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko sepertis saham, mengingat posisi Inggris sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di Eropa.
(ank) Next Article Nantikan Hasil Pertemuan ECB, Bursa Saham Eropa Melemah
Angin segar yang sempat datang dari keputusan bank sentral Eropa alias European Central Bank (ECB) untuk mengakhiri stimulus moneter (quantitative easing) pada akhir 2018 nampak sudah benar-benar tak bisa mengangkat kinerja bursa saham Benua Biru.
Sebelumnya, keputusan ECB ini sempat direspon positif oleh pelaku pasar, seiring timbulnya persepsi bahwa ekonomi zona euro sudah benar-benar pulih. Sebelumnya, beberapa indikator memang sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada Mei 2018, inflasi di zona euro mencapai 1,9% YoY, sudah mencapai target ECB yaitu sedikit dibawah 2%.
Pada perdagangan hari ini, risiko datang dari Inggris. British Chambers of Commerce (BCC) atau Kamar Dagang dan Industri memperkirakan bahwa ekonomi Inggris akan tumbuh pada titik terendah sejak krisis keuangan global (2009), seiring dengan lemahnya konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan, seperti dikutip dari Financial Times.
BCC memproyeksikan ekonomi Inggris hanya akan tumbuh sebesar 1,3% pada tahun ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,4%.
"Jika terealisasikan (proyeksi tersebut), akan menjadi pertumbuhan ekonomi tahunan terlemah sejak 2009, kala ekonomi sedang berada dalam pergolakan krisis keuangan gobal," terang BCC.
Bahkan, BCC juga memproyeksikan ekonomi Inggris akan memasuki periode 'mati suri' dikarenakan kombinasi dari tingginya utang rumah tangga dengan lemahnya investasi dan perdagangan.
Sebelumnya pada bulan April, International Monetary Fund (IMF) sudah memperkirakan bahwa performa ekonomi Inggris akan lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya kecuali Italia dalam 2 tahun kedepan, seiring adanya restriksi di bidang perdagangan yang lebih tinggi dan lemahnya investasi riil oleh investor asing (karena Brexit).
Kini, persepsi mengenai pulihnya ekonomi zona euro dihantui oleh bayang-bayang kejatuhan ekonomi Inggris. Investor pun dipaksa bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko sepertis saham, mengingat posisi Inggris sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di Eropa.
Hingga berita ini diturunkan, indeks FTSE 100 (Inggris) terkoreksi sebesar 0,07% ke level 7.628,41.
(ank) Next Article Nantikan Hasil Pertemuan ECB, Bursa Saham Eropa Melemah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular