Cadangan Devisa RI Terendah Sejak Maret 2017

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 June 2018 18:25
Posisi cadangan devisa Indonesia di akhir Mei 2018 tercatat sebesar US$122,9 miliar.
Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Jakarta, CNBC IndonesiaBank Indonesia (BI) telah merilis angka cadangan devisa Indonesia per akhir Mei 2018. Posisi cadangan devisa Indonesia periode tersebut adalah US$ 122,9 miliar.

Angka ini turun US$ 1,96 miliar dari posisi akhir April 2018. Jika dihitung sejak akhir 2017, cadangan devisa malah sudah anjlok hingga US$ 7,3 miliar.

Apabila ditelusuri secara historis, cadangan devisa bulan lalu merupakan yang terendah sejak Maret 2017. Memasuki Januari 2018, cadangan devisa RI sebenarnya mampu meningkat hingga US$ 131,98 miliar, namun kemudian secara konsisten menurun. Pola tersebut berbeda 180 derajat dengan 5 bulan awal tahun 2017, di mana cadangan devisa terus meningkat dari US$ 116,89 miliar menjadi US$ 124,95 miliar.

Cadangan Devisa RI Terendah Sejak Maret 2017

Sebagai catatan, nilai tukar rupiah sepanjang Mei memang menguat 0,14%. Akan tetapi nampaknya apresiasi rupiah harus dibayar dengan tergerusnya cadangan devisa.

Pasalnya, rupiah tertekan hebat sejak akhir April. Bahkan, pada 23 Mei nilai tukar rupiah menembus Rp14.200/US$. Apabila dihitung secara nilai rata-rata, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 14.027,16/US$ pada bulan lalu.

Faktor yang membebani rupiah di sepanjang Mei terutama berasal dari luar, yakni kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang melewati level psikologis 3% hingga kemungkinan suku bunga acuan Fed Fund Rate yang naik lebih dari tiga kali pada tahun ini. Sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS, tidak bisa dimunafikan bahwa perekonomian AS membaik.

Salah satu contohnya, tingkat pengangguran April (diumumkan pada awal Mei 2018) turun ke 3,9% yang merupakan level terendah sejak tahun 2000. Sementara itu, tingkat penganguran Mei sendiri juga mampu dijaga di 3,9%.

Kemudian, suku bunga acuan AS memang ditetapkan tidak mengalami kenaikan pada rapat The Fed periode Mei. Namun, berdasarkan rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting), ada pernyataan The Fed yang cukup membuat investor gusar.

Meski pejabat bank sentral AS menilai belum ada potensi overheating dalam perekonomian, akan tetapi The Fed menegaskan bahwa apabila pemulihan ekonomi AS terus berlangsung maka sudah saatnya untuk menghapus kata 'akomodatif' dalam kebijakan moneter. Artinya, kenaikan suku bunga secara gradual tetap akan ditempuh.

"Dalam waktu dekat, sudah saatnya untuk menaikkan suku bunga apabila data dan informasi mendukung ke arah pemulihan ekonomi," sebut ikhtisar rapat The Fed.

Pelaku pasar nampaknya menyimpulkan bahwa The Fed kemungkinan besar akan menaikkan lagi suku bunga acuan pada pertemuan Juni, meskipun jumlah kenaikan apakah tiga atau empat kali sepanjang 2018, sepertinya baru terlihat jelas dalam minutes of meeting berikutnya.

Dari dalam negeri, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan 19 April 2018, Bank Indonesia masih bersikeras untuk tetap menahan suku bunga acuannya sehingga berdampak kepada pelemahan rupiah yang semakin dalam. Investor asing mulai was-was terhadap tingkat imbal hasil di Indonesia yang dianggap kurang menarik. Alhasil, aliran modal asing yang keluar cukup besar.

Dengan kondisi rupiah yang semakin tidak terkendali, akhirnya BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke posisi 4,5% pada 17 Mei. Namun, pasar rupanya tidak terlalu mengapresiasi kebijakan tersebut karena dianggap terlambat. Akibatnya, harapan agar posisi rupiah dapat menguat tak menjadi kenyataan. Rupiah malah terdepresiasi semakin parah.

Baru pada akhir Mei rupiah mampu berbalik menguat setelah dilantiknya Gubernur BI yang baru yaitu Perry Warjiyo. Ditambah dengan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin lagi menjadi 4,75%.

Penurunan cadangan devisa pada Mei menjadi bukti bahwa BI siap siaga menjaga pelemahan rupiah. Namun, situasi ini perlu mendapat perhatian serius dari BI dan pemerintah. Saat ini, c
adangan devisa sudah mulai membentuk tren penurunan, di mana penurunan Mei merupakan kali keempat secara berturut-turut.

Penurunan cadangan devisa secara konsisten dapat mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam membayar kewajiban dan melakukan impor. Alhasil, Indonesia akan semakin rentan dengan risiko eksternal.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(RHG/RHG) Next Article Naik US$ 1,2 M, Cadangan Devisa RI Jadi US$ 131,7 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular